Kamis 11 Sep 2025 20:22 WIB

Wagub Akui Pembangunan Masif Jadi Salah Satu Penyebab Bencana Banjir Besar di Bali

Giri mengakui banjir besar di Bali akan berpengaruh terhadap kunjungan pariwisata.

Petugas mengevakuasi wisatawan mancanegara yang terjebak banjir di kawasan Kuta, Badung, Bali, Rabu (10/9/2025). Sejumlah wisatawan mancanegara dievakuasi petugas dari sejumlah lokasi di kawasan pariwisata itu karena terendam banjir yang disebabkan hujan yang mengguyur wilayah Bali sejak Selasa (9/9).
Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Petugas mengevakuasi wisatawan mancanegara yang terjebak banjir di kawasan Kuta, Badung, Bali, Rabu (10/9/2025). Sejumlah wisatawan mancanegara dievakuasi petugas dari sejumlah lokasi di kawasan pariwisata itu karena terendam banjir yang disebabkan hujan yang mengguyur wilayah Bali sejak Selasa (9/9).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Wakil Gubernur (Wagub) Bali I Nyoman Giri Prasta mengakui pembangunan yang masif menjadi salah satu penyebab banjir yang melanda Bali terutama Denpasar, Badung, Gianyar, dan Jembrana pada Rabu (10/9/2025) kemarin. Giri mengakui banjir besar di Bali akan berpengaruh terhadap kunjungan pariwisata.

“Pasti, pasti ada dampak (pembangunan masif), semuanya ada dampak, cuma kita harus berpikir bagaimana kita mencarikan sebuah solusi,” kata dia usai meninjau posko pengungsian korban banjir di Denpasar, Kamis (11/9/2025).

Baca Juga

Alih-alih saling menyalahkan, Wagub Giri menjadikan banjir besar kemarin sebagai evaluasi dari maraknya alih fungsi lahan dan perubahan iklim yang seketika terjadi.

“BNPB sudah menyampaikan air hujan yang semestinya turun untuk sebulan, ini turunnya itu hanya satu setengah hari, ini luar biasa memang, tapi kita tidak akan pernah menyalahkan siapa-siapa, mari kita berbenah dan segala sesuatu itu akan kita perbaiki dengan baik,” ujarnya.

Selain menjanjikan perbaikan, Pemprov Bali juga menjamin akan dilakukan pembatasan pada alih fungsi lahan. “Sudah pasti, alih fungsi lahan sudah pasti ada pembatasan,” ucapnya singkat.

Namun untuk saat ini mengingat Bali telah berstatus tanggap darurat bencana, Giri Prasta mengatakan Pemprov Bali lebih awal mengeluarkan arahan mitigasi untuk mengantisipasi perubahan iklim tak terduga.

Seperti hujan intensitas tinggi sejak Selasa (9/9/2025) lalu yang semestinya Bali memasuki musim kemarau namun diterjang gelombang Rossby dan Kelvin sehingga terjadi banjir di banyak titik. Selanjutnya Pemprov Bali bersama Pemkot Denpasar sepakat fokus berkolaborasi untuk bantuan ganti rugi, peralatan dan barang para pedagang yang hanyut dan rusak, yang diganti dari APBD Provinsi Bali dan Kota Denpasar.

photo
Warga beristirahat di posko pengungsian bencana banjir di kawasan Denpasar Timur, Denpasar, Bali, Rabu (10/9/2025). Sekitar 80 orang warga di kawasan tersebut mengungsi di dua titik pengungsian akibat tempat tinggalnya rusak diterjang banjir. - (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

 

Anggaran provinsi sendiri untuk kebencanaan saat ini sebesar Rp40 miliar, namun jika kurang akan dilakukan opsi realokasi atau berbagi dengan Kota Denpasar.

“Yang kedua, bantuan penanganan pengungsi ditangani oleh Kota Denpasar, serta ada bantuan fasilitas dari BNPB yang datang hari ini, ketiga, bantuan perbaikan jalan dan jembatan yang rusak itu dari APBN,” kata Giri Prasta.

Keempat, pemerintah fokus pada penuntasan pembersihan sampah, penyedotan sisa banjir terutama di pasar, dan kelima, masih memprioritaskan pencarian korban banjir yang masih hilang.

Wagub Giri mengakui banjir besar di Bali kemarin akan berpengaruh terhadap kunjungan pariwisata. Namun, ia menyakini kondisi ini dapat dilewati jika melihat semangat gotong royong warga.

“Saya kira dapat pasti ada (dampak pariwisata) tapi tidak begitu banyak, sekarang kan sudah dilihat oleh masyarakat internasional, terutama wisatawan, bahwa cara penanganan pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kota sampai ke masyarakatnya sendiri luar biasa gotong royong,” ujarnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement