Rabu 27 Aug 2025 06:26 WIB

Israel Caplok Wilayah Suriah, Bunuh Enam Tentara

Serangan Israel di tengah perundingan wilayah dengan al-Sharaa.

Pasukan Israel mengawal warga Druze di perbatasan Israel-Suriah, di Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel, Rabu, 16 Juli 2025.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Pasukan Israel mengawal warga Druze di perbatasan Israel-Suriah, di Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel, Rabu, 16 Juli 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS – Enam perwira militer Suriah gugur dalam serangan pesawat tak berawak Israel di selatan Damaskus. Pembunuhan ini menandai upaya Israel mencaplok Bukit Hermon di wilayah Suriah.

Menurut laporan TV El Ekhbariya yang dikelola pemerintah Suriah, serangan ini sehari setelah Suriah mengutuk “serangan militer” baru Israel di luar ibu kota. Drone Israel menargetkan posisi tentara Suriah di pedesaan Damaskus dekat kota al-Kiswah, lapor stasiun televisi tersebut pada Rabu pagi.

Baca Juga

Menyusul jatuhnya rezim Bashar al-Assad pada Desember lalu, Israel telah melancarkan ratusan serangan yang menargetkan situs dan aset militer di seluruh Suriah. Israel juga memperluas pendudukannya di Dataran Tinggi Golan Suriah dengan merebut zona penyangga demiliterisasi, sebuah tindakan yang melanggar perjanjian pelepasan diri tahun 1974 dengan Suriah.

Kementerian Luar Negeri Suriah mengatakan pada Senin bahwa Israel telah mengirim 60 tentara untuk mengambil kendali wilayah di dalam perbatasan Suriah di sekitar Gunung Hermon, dekat puncak bukit strategis yang menghadap Beit Jinn, dekat perbatasan dengan Lebanon di Suriah selatan. Israel tidak segera mengomentari tuduhan tersebut.

Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shaibani menuduh Israel mendirikan fasilitas intelijen dan pos militer di wilayah demiliterisasi untuk memajukan “rencana ekspansionis dan partisi”.

Awal bulan ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbagi visinya untuk “Israel Raya”, sebuah konsep yang didukung oleh kelompok ultranasionalis Israel yang mengklaim wilayah pendudukan Tepi Barat, Gaza, dan sebagian Lebanon, Suriah, Mesir, dan Yordania.

Koalisi 31 negara Arab dan Islam serta Liga Arab mengatakan sikap tersebut merupakan “pelanggaran terang-terangan dan berbahaya terhadap aturan hukum internasional dan landasan hubungan internasional yang stabil”.

Aksi militer Israel terbaru di Suriah terjadi menyusul bentrokan mematikan di provinsi Suwayda, yang mayoritas penduduknya Druze, di mana kekerasan sektarian selama seminggu pada bulan Juli menewaskan 1.400 orang, sebelum gencatan senjata mengakhiri pertumpahan darah. Israel melancarkan serangan terhadap pasukan Suriah dan mengebom jantung ibu kota, Damaskus, dengan dalih melindungi masyarakat Druze.

Israel telah menyebutkan kekhawatiran keamanannya atas intervensi militernya di Suriah sejak jatuhnya Bashar al-Assad pada bulan Desember lalu, termasuk apa yang mereka lihat sebagai kewajibannya untuk melindungi anggota minoritas Druze di Suriah selatan.

Pada hari yang sama, Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa membahas perkembangan di Suriah dan kawasan tersebut dengan Utusan Khusus AS untuk Suriah Thomas Barrack di Damaskus, sehari setelah Barrack berada di Israel dan membahas Suriah dan Lebanon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement