Jumat 18 Jul 2025 16:04 WIB

Sweida Memanas, Israel Serang Pejuang Badui

Tentara Suriah kembali memasuki wilayah Sweida melawan peringatan Israel.

Pasukan Israel mengawal warga Druze di perbatasan Israel-Suriah, di Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel, Rabu, 16 Juli 2025.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Pasukan Israel mengawal warga Druze di perbatasan Israel-Suriah, di Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel, Rabu, 16 Juli 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS – Konflik sektarian di Sweida berpotensi meluas setelah gagalnya gencatan senjata hari ini. Pasukan Israel membantu milisi Druze menyerang kelompok Badui sementara pasukan pemerintah Suriah kembali memasuki Sweida.

Pasukan Israel dilaporkan telah melakukan serangan di jalan raya Palmyra-Homs, Suriah, dengan target konvoi pejuang Badui yang dilaporkan sedang dalam perjalanan menuju Sweida, menurut lembaga penyiaran publik Israel, Kan News.

Baca Juga

Para pejuang Badui masih berhasil mencapai daerah Suwayda dalam beberapa jam terakhir, kata laporan itu, mengkonfirmasi laporan sebelumnya dari media berita berbahasa Arab.

Bentrokan kembali terjadi pada Kamis sore di Sweida ketika media pemerintah Suriah melaporkan bahwa kelompok Druze melancarkan serangan balas dendam di desa-desa Badui, menewaskan banyak warga sipil dan memicu gelombang pengungsian, setelah suku Badui bertempur bersama pasukan pemerintah melawan pejuang Druze pada awal pekan ini.

Media Suriah Enab Baladi mengutip penduduk Badui yang mengatakan “kelompok bersenjata Druze” menyerbu desa mereka, membakar rumah-rumah saat mereka datang. Salah satu dari tiga pemimpin spiritual Druze Suriah, Sheikh Hikmat al-Hijri, mengeluarkan pernyataan bersumpah untuk “menghormati klan Badui yang damai”.

Sementara pasukan pemerintah bersiap untuk kembali ke daerah tersebut pada Jumat setelah sebelumnya menarik diri di bawah kesepakatan gencatan senjata menyusul tekanan Israel.

Pasukan keamanan pemerintah setuju dengan beberapa faksi Druze bahwa mereka akan masuk kembali ke daerah tersebut untuk menegakkan stabilitas dan melindungi lembaga-lembaga negara, menurut dua pejabat Suriah yang berbicara pada Jumat dengan syarat tidak disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang untuk berbicara di depan umum.

photo
Seorang tentara Suriah akibat bentrokan dengan anggota milisi Druze di Sweida, dirawat di sebuah klinik di desa Busra al-Harir, Suriah selatan, Selasa, 15 Juli 2025. - (AP Photo/Omar Albam)

Sebuah sumber di kementerian mengatakan bahwa keputusan tersebut diambil setelah adanya permintaan bantuan dari penduduk setempat. Pengumuman ini muncul setelah kepresidenan Suriah menuduh para pejuang Druze melanggar gencatan senjata yang telah menyebabkan penarikan pasukan pemerintah.

Menurut the Associated Press, pasukan pemerintah Suriah sebagian besar telah menarik diri dari provinsi selatan Sweida yang mayoritas penduduknya adalah suku Druze setelah bentrokan berhari-hari dengan milisi yang terkait dengan kelompok minoritas Druze, yang mengancam akan mengacaukan transisi pascaperang di negara itu yang masih rapuh.

Konflik ini memicu serangan udara terhadap pasukan Suriah oleh negara tetangga Israel yang berdalih membela minoritas Druze sebelum sebagian besar pertempuran dihentikan oleh gencatan senjata yang diumumkan pada hari Rabu yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Turki, dan negara-negara Arab. Di bawah perjanjian itu, faksi-faksi Druze dan para ulama akan dibiarkan untuk menjaga keamanan internal di Sweida, kata Presiden sementara Suriah Ahmad al-Sharaa pada hari Kamis.

Bentrokan awalnya dimulai antara milisi Druze dan suku Badui Muslim Sunni setempat pada Ahad lalu sebelum pasukan pemerintah turun tangan dan berpihak pada suku Badui untuk melawan Druze. Pertempuran tersebut menewaskan ratusan orang selama empat hari, dengan tuduhan bahwa para pejuang yang berafiliasi dengan pemerintah mengeksekusi warga sipil Druze dan menjarah serta membakar rumah-rumah.

Israel melakukan intervensi, meluncurkan puluhan serangan udara terhadap konvoi pesawat tempur pemerintah dan menyerang markas besar Kementerian Pertahanan Suriah di pusat Damaskus dalam eskalasi besar keterlibatannya.

Suku Druze membentuk komunitas yang cukup besar di Israel, di mana mereka dipandang sebagai minoritas yang setia dan sering bertugas di militer Israel.

Setelah gencatan senjata dan penarikan pasukan pemerintah, bentrokan kembali terjadi antara kelompok Druze dan Badui di beberapa bagian provinsi Sweida. Media pemerintah melaporkan milisi Druze melakukan serangan balas dendam terhadap komunitas Badui, yang menyebabkan gelombang pengungsian.

Sekte agama Druze bermula sebagai cabang dari Ismailisme abad ke-10, sebuah cabang dari Islam Syiah. Lebih dari setengah dari sekitar 1 juta orang Druze di seluruh dunia tinggal di Suriah. Sebagian besar Druze lainnya tinggal di Lebanon dan Israel, termasuk di Dataran Tinggi Golan, yang direbut Israel dari Suriah pada Perang Timur Tengah 1967 dan dianeksasi pada tahun 1981.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement