REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) menggelar aksi di Gedung Rektorat UI pada Senin (25/8/2025) sore. Aksi itu merupakan respons atas tindakan kampus yang memberi panggung kepada tokoh pro zionis, Prof Peter Berkowitz, dalam forum Pengenalan Sistem Akademik Universitas (PSAU) di Balairung UI pada Sabtu (23/8/2025).
Ketua UI Student for Justice in Palestine (UISJP) Razan Diandra mengatakan, aksi itu merupakan bentuk kekecewaan mahasiswa dan seluruh elemen kampus atas tindakan universitas yang memberi panggung kepada tokoh pro zionis. Padahal, tokoh asal University of Stanford itu jelas-jelas memiliki keberpihakan terhadap penjajahan Israel.
"Kami mengecam keras perbuatan rektorat yang mengundang Peter Berkowitz, yang terafiliasi kuat dengan zionis. Memang setelah kami telusuri latar belakangnya, dia betul-betul terlihat sebagai sosok pro zionis," kata dia, Senin sore.
Ia menambahkan, pihaknya juga menuntut komitmen konkret dari pihak rektorat dalam menentang genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Pasalnya, fakta bahwa pihak kampus memberikan panggung kepada tokoh pro zionis telah menodai nilai UI sebagai kampus perjuangan.
"Karena selama ini kami dicekoki dengan nilai kemanusiaan, nilai keadilan, nilai kesatuan. Namun kami tidak melihat itu. Pihak Rektorat justru mengundang orang yang pro dengan genosida," ujar Razan.
Ia mengakui, pihak kampus telah menyampaikan permintaan maaf atas tindakan mereka. Meski begitu, kata maaf dinilai tidak cukup. Mengingat, pihak kampus telah berkali-kali melakukan kelalaian.
"UI tidak belajar dari hal itu. Karena itu, kami mau UI benar-benar berkomitmen agar tidak mengulangi itu lagi," kata dia.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id, aksi itu dimulai dengan membacakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia di Lapangan Rotunda UI. Setelah itu, peserta aksi yang membawa berbagai atribut sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina melakukan long march dari Lapangan Rotunda ke depan Gedung Rektorat UI.
Sesampainya di depan Gedung Rektorat, para perwakilan mahasiswa melakukan orasi yang mengecam tindakan kampus mereka. Tak hanya mahasiswa, staf pengajar juga ikut memberikan orasi karena malu atas tindakan kampus mereka.