Senin 18 Aug 2025 07:09 WIB

Teman dalam Genosida, Begini Israel dan Serbia Saling Bantu Membantai Muslim

Sebagaimana Israel membantu pembantaian Srebrenika, Serbia menyokong Israel di Gaza.

Rep: Fitriyan Zamzami/ Red: Fitriyan Zamzami
Presiden Serbia Aleksandar Vucic berjabat tangan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pertemuan di Israel pada 2024.
Foto: Dok Kantor PM Israel
Presiden Serbia Aleksandar Vucic berjabat tangan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pertemuan di Israel pada 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, BEOGRAD – Media-media Israel mengungkapkan belakangan bahwa Serbia adalah negara Eropa di balik kesepakatan senilai 1,64 miliar dolar AS yang ditandatangani dengan raksasa pertahanan Israel Elbit Systems. Ini menyoroti rekatnya hubungan kedua negara dalam melancarkan genosida.

Israel diketahui merupakan negara yang memasok senjata bagi pasukan Serbia-Bosnia yang melakukan genosida di Srebrenica pada 1995 lalu. Sementara Serbia sejak 7 Oktober 2023 merupakan salah satu pemasok utama senjata dan amunisi untuk keperluan Israel melancarkan agresi di Gaza yang oleh banyak pihak dipandang sebagai aksi genosida.

Baca Juga

Pekan lalu, Elbit melaporkan ke Bursa Efek Tel Aviv bahwa mereka telah menandatangani kesepakatan besar senilai 1,63 miliar dolar AS dengan salah satu negara Eropa. Paket tersebut mencakup drone terbesar Elbit, Hermes 900, bersama dengan rudal presisi jarak jauh, sistem peperangan elektronik, dan platform komando dan kontrol yang dirancang untuk meningkatkan operasi di medan perang.

Kontrak tersebut juga untuk penyediaan roket artileri presisi jarak jauh Elbit, dan produk pertahanan yang dilengkapi dengan intelijen, pengawasan, perolehan target dan pengintaian canggih, yang dikenal sebagai ISTAR, serta sistem komunikasi dan intelijen sinyal. Hal ini juga mencakup pengiriman sistem elektro-optik dan penglihatan malam yang canggih.

Identitas klien sedianya dirahasiakan sejak pengumuman Elbit pekan lalu. Namun laporan media Israel Calcalist mengungkapkan bahwa Serbia adalah negara Eropa di balik pesanan besar-besaran tersebut. 

photo
Stan Elbit Systems yang ditutup sehubungan genosida di Gaza, di Paris Air Show pada, Senin, 16 Juni 2025. - (Benoit Tessier/Reuters)

Presiden dan CEO Elbit, Bezhalel Machlis, akhirnya mengakui kepada Walla! bahwa Serbia sedang mencari mitra dengan portofolio produk yang luas dan kemampuan untuk mengembangkan operasi lokal. “Kesepakatan ini akan membantu kami melewati ambang penjualan sebesar 8 miliar dolar AS untuk pertama kalinya tahun ini,” kata Machlis. 

Balkan Investigative Reporting Network (BIRN) sebelumnya melansir, Presiden Serbia Aleksandar Vucic sempat mengeklaim kepada wartawan di Beograd Juni lalu bahwa Serbia berhenti mengekspor senjata ke Israel setelah negara itu mulai menyerang Iran. 

Menanggapi pertanyaan pada konferensi pers, Vucic mengatakan bahwa Serbia adalah satu-satunya negara di Eropa yang telah mengekspor senjata ke Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober. Namun ia mengatakan bahwa setelah serangan Israel pekan lalu terhadap Iran – dengan nama sandi Operasi Singa Bangkit – negara tersebut telah menyetop ekspor.

"Satu hal adalah apa yang kami ekspor setelah 7 Oktober, dan hal lainnya adalah situasi saat ini. Kami sekarang telah menghentikan semuanya dan mengirimkannya ke tentara kami sendiri," kata Vucic. Ia menambahkan bahwa Serbia mengekspor amunisi, bukan senjata, dan sekitar 24.000 orang mencari nafkah dari ekspor tersebut. 

Presiden Vucic mengatakan kepada Jerusalem Post awal bulan ini bahwa Serbia bermaksud untuk terus mendukung Israel dengan pasokan senjata. “Kami akan selalu menghargai, menghormati, dan menyukai orang-orang Yahudi dan Israel,” ujarnya. 

photo
Menguatnya Dakwaan Genosida - (Republika)
 

Dalam wawancara tersebut, Vucic menjelaskan, sehari setelah serangan Hamas dan pejuang Palestina ke Israel pada 7 Oktober, Israel menghubungi Beograd. "Pada tanggal 8 malam, kami mendapat pesan dari Israel. 'Kami membutuhkan ini dan itu. Kami belum sepenuhnya siap, kami membutuhkannya sesegera mungkin,'" kata Vucic. 

“Saya pernah menjadi menteri pertahanan dan saya tahu bagaimana kelanjutannya – izin dari berbagai kementerian, badan intelijen keamanan, lebih banyak badan pemerintah dan nonpemerintah…. Dan kami mengumpulkan semuanya dalam waktu empat hari, dan kami berhasil (mengirim bantuan senjata).”

Pada hari yang sama, beberapa jam setelah Vucic mendeklarasikan moratorium, sebuah pesawat kargo Boeing 747 dari Israel mendarat di Beograd. Keesokan paginya, sekitar pukul 11.32, pesawat berangkat ke pangkalan udara Nevatim Israel, menurut data dari Flightradar24. Ketika ditanya tentang pesawat tersebut, Vucic menjawab: “Tidak mungkin saya akan mengatakan apa yang lepas landas dan apa yang mendarat.”

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement