Rabu 06 Aug 2025 13:11 WIB

Sekelompok Ilmuwan Iran Diam-Diam Kunjungi Rusia, Serap Teknologi Terbaru Senjata Nuklir

Laporan Financial Times mengungkap kunjungan rahasia ilmuwan nuklir Iran ke Rusia.

Mengenakan pakaian pelindung, seorang petugas keamanan Iran, berbicara di bagian Fasilitas Konversi Uranium, di Isfahan. (ilustrasi)
Foto: AP/Vahid Salemi, File
Mengenakan pakaian pelindung, seorang petugas keamanan Iran, berbicara di bagian Fasilitas Konversi Uranium, di Isfahan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Sekelompok ilmuwan Iran yang terkait dengan program senjata nuklir Teheran diam-diam mengunjungi Rusia pada Agustus 2024 untuk mendapatkan teknologi nuklir yang secara potensial bisa diterapkan untuk kepentingan militer. Demikian laporan Financial Times (FT) berdasarkan penelusuran dokumen-dokumen, korespondensi, dan rekam jejak perjalanan para ilmuwan.

Dilansir Moscow Times, pada Selasa (5/8/2025), para ilmuwan itu terdiri atas lima anggota delegasi yang dipimpin oleh fisikawan nuklir Ali Kalvand, yang adalah figur senior di Organisasi Penelitian dan Invovasi Pertahanan (SPND). Kalvand dan timnya, bertemu dengan para peneliti dari Rusia dan mengunjungi perusahaan-perusahaan yang khusus memproduksi teknologi sensitif.

Baca Juga

Selama kunjungan itu, para ilmuwan Iran dilaporkan mengoleksi informasi terkait tritium, sebuah isotop yang digunakan baik untuk kepentingan sipil dan militer, termasuk untuk pengembangan hulu ledak nuklir. Dalam sebuah surat sebelum kunjungan, sebuah firma Iran, DamavandTec juga meminta pasokan tritium, strontium-90 dan nickel-63 dari penyuplai di Rusia.

Meski belum jelas apakah permintaan itu kemudian dikirim ke Teheran oleh pihak Rusia, ahli proliferasi kepada FT menilai bahwa pertemuan melibatkan SPND saja sudah bisa memicu kekhawatiran. Para delegasi Iran dilaporkan mengunjungi pusat penelitian elektornik dan nuklir Rusia yang terkait dengan Oleg Maslennikov, seorang fisikawan yang terkenal lewat hasil kerjanya atas klystrons, sebuah alat yang digunakan untuk mengakselerasi partikel dan mendiagnosis nuklir.

photo
Citra satelit dari Maxar Technologies menunjukkan jalur terowongan di Pusat Tekonologi Nuklir Isfahan di Iran, Selasa (24/6/2025) setelah serangan udara terbaru. - (Maxar Technologies via AP)

Salah satu perusahaan yang dikunjungi delegasi Iran, Toriy, diketahui memproduksi akselerator elektron dan klystrons, materi yang sama untuk digunakan dalam simulasi tes nuklir. Kepada FT, ahli menilai para delegasi Iran tidak mungkin bisa mengunjungi perusahaan-perusahaan Rusia itu tanpa otoritas dari pemerintah.

Perjalanan para ilmuwan Iran itu memicu pertanyaan apakah Moskow, di tengah meningkatnya isolasi geopolitik, sedang memperlunak sikap oposisinya terhadap keinginan Iran memiliki senjata nuklir. Masih menurut laporan FT, di antara delegasi yang berkunjung ke Rusia itu adalah mereka yang sebelumnya pernah dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat lantaran terhubung dengan program nuklir dan rudal Iran.

Salah satu delegasi, Rouhollah Azimirad, adalah seorang ahli radiasi di Universitas Malek Ashtar, sebuah institusi yang juga disanksi oleh Uni Eropa akibat keterkaitan mereka dengan militer Iran. Delagasi lainnya, Soroush Mohtashami, berspesialiasi di bidang generator neutron, komponen kunci dari beberapa tipe dari senjata nuklir.

Sejak lama Rusia menentang Iran memiliki senjata nuklir, namun analis kini menilai bahwa, Moskow kini lebih bersedia membagi pengetahuan sensitif sebagai bagian dari pergeseran aliansi global. Baik pemerintah Iran dan Rusia tidak merespons upaya konfirmasi dari Financial Times.

 

photo
Perbandingan Militer Iran-Israel - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement