Rabu 23 Jul 2025 10:02 WIB

Krisis Energi Gaza, Bayi Prematur Dirawat Bersama dalam Satu Inkubator

Perang berkepanjangan membuat layanan kesehatan Gaza nyaris lumpuh.

 Staf medis Rumah Sakit Al-Shifa mengalami krisis bahan bakar di Jalur Gaza utara.
Foto: EPA-EFE/Lukasz Gagulski
Staf medis Rumah Sakit Al-Shifa mengalami krisis bahan bakar di Jalur Gaza utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Staf medis Rumah Sakit Al-Shifa mengalami krisis bahan bakar di Jalur Gaza utara. Staf terpaksa merawat tiga hingga empat bayi baru lahir di dalam satu inkubator untuk membantu pemulihan bayi prematur, ungkap dokter di wilayah kantong Palestina itu kepada RIA Novosti.

Sekitar 17.000 bayi lahir di Jalur Gaza pada paruh pertama 2025, menurut statistik. Satu dari 10 bayi lahir prematur atau dengan kondisi kekurangan berat badan.

Baca Juga

Rumah sakit sudah berjuang menghadapi krisis akut susu formula bayi, bahan bakar, suku cadang generator, peralatan medis serta tenaga medis.

Juru bicara utama Kementerian Kesehatan Gaza, Zahir al-Wahidi mengungkapkan kepada RIA Novosti bahwa para dokter di Gaza harus menempatkan sejumlah bayi dalam satu inkubator demi menghemat energi.

"Jumlah bahan bakar yang dipasok ke rumah sakit di Jalur Gaza setelah berkoordinasi dengan organisasi internasional sangat kurang. Staf harus menempatkan tiga atau empat bayi dalam satu inkubator," katanya.

Al-Wahidi mengatakan jumlah bayi prematur yang belum pernah terjadi sebelumnya menjadi akibat dari perang Israel di Gaza lantaran sebagian besar Ibu hamil berhimpit di tenda pengungsian dalam kondisi yang memprihatinkan, terpapar pemboman, dan kekurangan makanan serta air bersih.

Lebih dari 59.000 warga Palestina tewas dan 142.000 lebih lainnya terluka dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023, berdasarkan perkiraan Kementerian Kesehatan Gaza.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hanya tersedia 2.000 tempat tidur rumah sakit di daerah kantong yang dihuni sekitar 2 juta jiwa tersebut dan hanya sebagian yang beroperasi.

Pada 7 Oktober 2023, Israel menghadapi serangan besar-besaran di Jalur Gaza setelah kelompok perjuangan Palestina, Hamas menerobos perbatasan, menembaki warga sipil dan personel militer, serta menyandera lebih dari 200 orang.

Otoritas Israel menyebutkan bahwa sekitar 1.200 warganya tewas dalam peristiwa tersebut, yang kemudian ditanggapi Israel dengan melancarkan operasi militer dan serangan darat ke Jalur Gaza.

Israel kemudian memberlakukan pengepungan total terhadap Gaza, dengan memutus pasokan air, listrik, bahan bakar, makanan, dan juga medis.

Pada 30 Juni Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty mengatakan Kairo, bersama negara mediator lainnya, sedang berupaya menengahi gencatan senjata 60 hari di Jalur Gaza dan pembebasan sejumlah sandera Israel.

Sebelumnya, perundingan tidak langsung antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata Gaza dilanjutkan di Doha pada 6 Juli.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement