Jumat 18 Jul 2025 05:49 WIB

Berani Lawan Ancaman Tarif Trump, Presiden Brasil Makin Dicintai Rakyat

Presiden Lula menolak didikte oleh seorang 'gringo'.

Presiden RI Prabowo Subianto berpelukan dengan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva di Istana Planalto, Brasilia pada Rabu (9/7/2025).
Foto: BPMI Setpres

REPUBLIKA.CO.ID, BRASÍLIA – Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva pada Kamis mengatakan bahwa ia menolak didikte oleh “gringo”. Pernyataan ini menanggapi surat Presiden AS Donald Trump yang mengancam Brasil dengan tarif 50 persen sebagai upaya mempengaruhi peradilan sekutunya di Brasil, mantan presiden Jair Bolsonaro.

“Tidak ada ‘gringo’ yang akan memberikan perintah kepada presiden ini,” kata Lula, yang mengenakan kemeja merah terang saat ia berpidato di hadapan para aktivis mahasiswa sayap kiri di negara bagian Goias. Di Brasil, ‘gringo’ adalah istilah umum untuk orang asing, tanpa makna merendahkan seperti yang ada di wilayah lain di Amerika Latin.

Baca Juga

Dia menambahkan bahwa Brasil akan terus maju dengan regulasi dan perpajakan terhadap perusahaan-perusahaan teknologi AS, yang dituduh mempromosikan kekerasan dan berita palsu dengan dalih kebebasan berekspresi.

Menteri Hubungan Luar Negeri Mauro Vieira mengatakan kepada CNN Brasil secara terpisah pada hari Kamis bahwa Lula terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Trump, meskipun mereka belum bertemu. “Jika situasinya tepat, mereka akan berbicara,” tambahnya.

Brasilia telah mengadakan diskusi dengan kelompok-kelompok industri dan perusahaan-perusahaan yang terdampak oleh tarif AS, sementara juga menyiapkan langkah-langkah pembalasan potensial jika pembicaraan gagal.

photo
Pengunjuk rasa memegang gambar Presiden AS Donald Trump dan mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro, dengan tulisan Musuh Rakyat dalam aksi di Sao Paulo, Kamis, 10 Juli 2025. - ( AP Photo/Andre Penner)

Lula, yang sedang dalam masa jabatan ketiga berturut-turut sebagai presiden negara dengan ekonomi terbesar di Amerika Latin ini, melihat peringkat persetujuannya mulai pulih setelah pertikaian perdagangan dengan Trump minggu lalu.

Menurut the New York Times, ancaman Trump minggu lalu untuk mengenakan tarif 50 persen pada ekspor Brasil sebagai cara untuk menyelamatkan Bolsonaro, dari kemungkinan dipenjara, telah merombak lanskap politik Brasil, memberikan dorongan tak terduga bagi Presiden Lula da Silva.

Lula tiba-tiba memiliki pesan yang jelas: Kami tidak akan menyerah pada perundung. Sikapnya menuai pujian di media, menjadi viral di dunia maya, dan memberikan harapan baru bagi para pendukungnya bahwa Lula dapat memenangkan masa jabatan keempatnya tahun depan, beberapa hari sebelum ia berusia 80 tahun.

Mereka memiliki alasan untuk optimis: beberapa hari setelah ancaman tarif Trump, peringkat persetujuan Lula naik ke level tertinggi dalam beberapa bulan. Jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa 43 hingga 50 persen warga Brasil menyetujui kinerjanya, naik tiga hingga lima poin persentase sejak bulan Mei.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement