Selasa 01 Jul 2025 14:20 WIB

20 Tentara IDF Tewas dalam Sepekan, ‘Kereta Gideon’ Mangkrak

Berbagai Kelompok Perlawanan Palestina Kepung IDF di Khan Younis.

Seorang tentara Israel membawa peluru di samping tank di Israel utara pada Jumat, 27 September 2024.
Foto: AP Photo/Baz Ratner
Seorang tentara Israel membawa peluru di samping tank di Israel utara pada Jumat, 27 September 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Kerugian tentara Israel meningkat baru-baru ini selama pertempuran sengit dengan perlawanan Palestina di Jalur Gaza. Pihak Israel mencatat jumlah kematian tertinggi dalam pasukannya dalam beberapa bulan.

Dua puluh tentara tewas dalam seminggu terakhir saja, menurut Channel 12 Israel pada Senin. Hal itu meningkatkan kritik terhadap pemerintah Israel, menuduhnya melanjutkan perang tanpa rencana yang jelas dalam menangani Jalur Gaza.

Baca Juga

Empat puluh lima hari setelah peluncuran Operasi Kereta Gideon, militer Israel memberi tahu eselon politik bahwa mereka mendekati akhir fase operasional di Jalur Gaza, dan bahwa pertempuran yang terus berlanjut membahayakan nyawa tentara yang ditangkap. 

Militer Israel telah secara resmi mengakui kematian 880 tentaranya sejak 7 Oktober 2023, termasuk 438 orang sejak dimulainya operasi darat. Sementara 30 tentara dihabisi pejuang Palestina sejak dimulainya kembali perang di Jalur Gaza pada 19 Maret.

Kalangan politik dan keamanan Israel percaya bahwa operasi militer di Gaza telah mencapai tujuannya, lebih dari 21 bulan setelah perang. Hal ini mendorong anggota Likud Knesset Amit Halevi untuk mengatakan bahwa "Kereta Gideon" belum mencapai tujuan mereka, dan bahwa rencana militer yang dibuat oleh Kepala Staf Eyal Zamir tidak mencerminkan pemahaman tentang cara melawan "perang gerilya" karena Hamas masih memiliki kendali penuh atas sebagian besar tanah, sumber daya, dan populasi.

Koresponden Channel 12 Daniella Weiss bertanya kepada Menteri Pertahanan Yisrael Katz: "Apa tujuan perang di Gaza? Kapan Anda akan berkata, 'Cukup sudah cukup'? Apa yang kita lakukan hari ini berbeda dari apa yang kita lakukan di masa lalu?"

Katz menjawab: "Ini adalah perang terpanjang dalam sejarah Israel, dan tidak akan ada habisnya. Ini akan berakhir jika kondisi yang tepat terpenuhi, termasuk kembalinya para tahanan dan kesepakatan pada hari berikutnya."

Sementara itu, pemimpin Partai Biru dan Putih Benny Gantz menyerukan agar dicapai kesepakatan yang menjamin kepulangan semua tahanan dari Gaza sekaligus, berapapun biayanya, bahkan jika hal itu melibatkan gencatan senjata jangka panjang.

Kolumnis Ma'ariv, Avi Ashkenazi, percaya bahwa semua misi militer di Gaza telah berakhir secara efektif, dan keinginan untuk melanjutkan pertempuran dan memperpanjang operasi tidak diperlukan dan membahayakan tentara.

Kritik-kritik ini diperkuat oleh klip video baru-baru ini yang disiarkan oleh faksi-faksi perlawanan Palestina yang menunjukkan tentara pendudukan dilumpuhkan penyergapan yang rumit. Yang paling menonjol adalah pembunuhan tujuh tentara teknik di dalam kendaraan pengangkut personel lapis baja di Khan Yunis pekan lalu. Upaya penyelamatan gagal setelah kendaraan terbakar akibat alat peledak.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement