REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengajukan tawaran rinci dan dianggap dapat diterima kepada Iran sebagai bagian dari pembicaraan nuklir. Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa Iran sebaiknya menerima tawaran tersebut.
"Utusan Khusus Witkoff telah mengirimkan proposal yang terperinci dan dapat diterima kepada pemerintah Iran, dan merupakan kepentingan terbaik mereka untuk menerimanya," kata Leavitt dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya pada Sabtu (31/5/2025), Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa Oman telah menyampaikan rincian tawaran dari AS kepada Iran terkait kesepakatan nuklir. Menurut Araghchi, Teheran akan memberikan tanggapan yang sesuai berdasarkan kepentingan nasionalnya.
Sementara itu, sebelumnya, menurut Bloomberg, Trump mengatakan bahwa kesepakatan nuklir baru dengan Iran harus memungkinkan AS untuk menghancurkan fasilitas nuklir Iran kapan pun diperlukan. Namun, Trump juga mengungkapkan keyakinannya bahwa kesepakatan bisa tercapai dalam waktu “dua pekan ke depan”.
Iran dan AS telah melakukan lima putaran pembicaraan tidak langsung mengenai program nuklir Iran dengan mediasi Oman. Putaran terakhir berlangsung di Roma pada 23 Mei.
Usai pertemuan tersebut, Araghchi menyampaikan bahwa Oman telah mengusulkan sejumlah mekanisme yang dapat membantu menghilangkan hambatan dalam proses negosiasi. Ia menilai bahwa kemajuan dapat dicapai dalam satu atau dua putaran pembicaraan tambahan.
Namun, sebelum putaran kelima berlangsung, ketegangan antara kedua pihak semakin meningkat. AS meminta Iran untuk sepenuhnya menghentikan pengayaan uranium, namun Iran menolak tuntutan tersebut, dengan menegaskan bahwa kesepakatan tidak akan mungkin tercapai jika AS tetap memaksakan syarat tersebut.
Meski demikian, Iran membuka kemungkinan untuk menurunkan tingkat pengayaan uranium dan menyatakan kesiapannya memberikan akses kontrol yang lebih besar terhadap aktivitas nuklirnya, guna menunjukkan bahwa program nuklir yang dijalankan bersifat damai.
Set to travel to Rome for 5th round of indirect talks with the United States.
Figuring out the path to a deal is not rocket science:
Zero nuclear weapons = we DO have a deal.
Zero enrichment = we do NOT have a deal.
Time to decide...
— Seyed Abbas Araghchi (@araghchi) May 22, 2025