Senin 19 May 2025 20:10 WIB

Ikut Kirim Senjata ke Israel, PM Inggris Kini Kecam Kondisi di Gaza

PM Inggris mengatakan kondisi di Gaza tak bisa ditoleransi.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer.
Foto: AP Photo/Kin Cheung
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer.

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON – Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, mengatakan bahwa situasi di Gaza “tidak dapat ditoleransi”. Ia jadi pimpinan Eropa kesekian yang melayangkan kecaman terbuka atas kondisi yang disebabkan agresi dan blokade Israel di Gaza.

Hal ini ia sampaikan dalan konferensi pers bersama dengan presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Senin. “Ini adalah situasi yang sangat serius, tidak dapat diterima, dan tidak dapat ditoleransi. Oleh karena itu, kami berupaya keras untuk berkoordinasi dengan pemimpin lain mengenai cara kami merespons hal ini. Kami akan terus bekerja dengan cara itu,” ujarnya dilansir the Guardian.

Baca Juga

Von der Leyen juga berkomentar, mengatakan selama dua bulan ini, tidak ada pasokan kemanusiaan yang masuk ke Gaza. “Bantuan harus segera menjangkau warga sipil yang membutuhkan, dan blokade harus dicabut sekarang. Bantuan kemanusiaan tidak boleh dipolitisasi. Dia menyerukan gencatan senjata dan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza.”

Inggris selama ini adalah salah satu pendukung utama Israel. Pemerintah Partai Buruh Inggris dilaporkan telah menyetujui ekspor senjata senilai sekitar 160 juta dolar AS ke Israel antara Oktober dan Desember 2024, lebih besar dari total yang disetujui selama empat tahun masa kepemimpinan Konservatif sebelumnya.

Angka tersebut, dikutip dari Middleeastmonitor, Ahad (18/5/2025) yang diambil dari data perizinan ekspor strategis yang baru saja dirilis. Ini mencerminkan peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam dukungan militer Inggris untuk Israel ketika negara pendudukan itu melanjutkan genosida di Gaza.

Sebagai perbandingan, dari tahun 2020 hingga 2023, lisensi ekspor senjata Inggris ke Israel mencapai sekitar 144 juta dolar AS. Termasuk 39 juta dolar AS pada tahun 2020, 30 juta dolar AS pada tahun 2021, 52 juta dolar AS pada tahun 2022, dan 23 juta dolar AS pada tahun 2023.

Angka-angka yang mencolok ini, yang dikumpulkan oleh Campaign Against Arms Trade (CAAT), muncul di tengah meningkatnya kritik terhadap dukungan militer Inggris yang sedang berlangsung untuk Israel ketika negara penjajah itu melanjutkan perang yang menghancurkan di Jalur Gaza yang terkepung.

"Ini adalah pemerintah Partai Buruh yang membantu dan bersekongkol dengan genosida Israel di Gaza," kata Emily Apple, Koordinator Media CAAT.

"Sungguh memuakkan bahwa alih-alih memberlakukan embargo senjata dua arah secara penuh, pemerintah Keir Starmer justru meningkatkan jumlah peralatan militer yang dikirim Inggris ke Israel secara besar-besaran."

Pengungkapan ini bertepatan dengan kasus di Pengadilan Tinggi di mana pemerintah Inggris mempertahankan keputusannya untuk terus memasok komponen jet tempur F-35 yang digunakan oleh Israel di Gaza.

Di bawah hukum internasional dan domestik, Inggris berkewajiban untuk menangguhkan ekspor senjata di mana terdapat risiko yang jelas bahwa senjata tersebut dapat digunakan untuk melakukan pelanggaran serius terhadap hukum internasional.

Namun, pengacara pemerintah berargumen bahwa bukti-bukti yang ada tidak mendukung kesimpulan bahwa genosida sedang atau telah terjadi di Gaza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement