Jumat 16 May 2025 22:59 WIB

Sangkal Netanyahu, Trump Akui Kelaparan di Gaza

Israel selama ini selalu menyangkal terjadi kelaparan di Gaza.

Seorang anak laki-laki memegang panci kosong di atas kepalanya saat menunggu bantuan makanan dari dapur umum di Khan Younis, Jalur Gaza, Jumat (9/5/2025). Warga Gaza harus berebut untuk mendapatkan makanan dari dapur umum. Menipisnya pasokan membuat tak semua warga Gaza bisa mendapatkan makanan. Blokade Israel yang terus berlanjut terhadap bantuan kemanusiaan untuk Gaza, membuat dapur umum tutup karena tidak ada pasokan bahan pangan. Bencana kelaparan mengancam ratusan ribu warga Palestina.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Seorang anak laki-laki memegang panci kosong di atas kepalanya saat menunggu bantuan makanan dari dapur umum di Khan Younis, Jalur Gaza, Jumat (9/5/2025). Warga Gaza harus berebut untuk mendapatkan makanan dari dapur umum. Menipisnya pasokan membuat tak semua warga Gaza bisa mendapatkan makanan. Blokade Israel yang terus berlanjut terhadap bantuan kemanusiaan untuk Gaza, membuat dapur umum tutup karena tidak ada pasokan bahan pangan. Bencana kelaparan mengancam ratusan ribu warga Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI – Presiden AS Donald Trump akhirnya mengakui bahwa serangan Israel dan blokade yang mereka terapkan menyebabkan kelaparan di Gaza. Ini berkebalikan dengan klaim pemerintah Israel yang bersikeras tak ada kelaparan di Gaza. 

Hal ini disampaikan Trump kepada wartawan di Abu Dhabi pada hari terakhir kunjungannya ke Teluk. "Kami sedang memperhatikan Gaza. Dan kami akan menyelesaikannya. Banyak orang kelaparan,” kata dia dilansir the Guardian, Jumat.

Baca Juga

Para pejabat Israel secara konsisten membantah bahwa blokade ketat yang diberlakukan di wilayah yang hancur tersebut lebih dari 10 pekan yang lalu telah menyebabkan kelaparan. Komentar Trump akan dilihat sebagai bukti lebih lanjut dari ketegangan antara Benjamin Netanyahu dan sekutu terdekat Israel. 

Sejak blokade bantuan dimulai pada 2 Maret, 57 anak dilaporkan meninggal akibat dampak kekurangan gizi, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza. Jika situasi ini terus berlanjut, hampir 71.000 anak di bawah usia lima tahun diperkirakan akan mengalami kekurangan gizi akut selama 11 bulan ke depan. 

Saat memberikan pengarahan kepada para jurnalis di Jenewa, perwakilan WHO di Wilayah Pendudukan Palestina Dr Rik Peeperkorn mengatakan bahwa embargo bantuan penuh Israel hanya menyisakan pasokan WHO yang cukup untuk merawat 500 anak-anak yang menderita kekurangan gizi akut – “sebagian kecil dari kebutuhan mendesak”. “Masyarakat terjebak dalam siklus dimana kurangnya diversifikasi pangan, malnutrisi dan penyakit saling memicu satu sama lain,” ia memperingatkan. 

Komentar Dr Peeperkorn menyusul publikasi pada Senin mengenai analisis baru dari skala peringatan keamanan pangan yang didukung PBB yang dikenal sebagai IPC. Analisis itu menunjukkan bahwa satu dari lima orang di Gaza atau sekitar 500.000 menghadapi kelaparan. Sementara seluruh 2,1 juta penduduk Jalur Gaza mengalami kekurangan pangan yang berkepanjangan. WHO adalah anggota IPC.

“Ini adalah salah satu krisis kelaparan terburuk di dunia, yang terjadi secara nyata,” kata Dr. Peeperkorn. Perwakilan badan kesehatan PBB tersebut berbicara tentang kunjungannya baru-baru ini ke rumah sakit Kamal Adwan di Gaza utara, di mana setiap hari lebih dari 300 anak diperiksa di pusat nutrisi yang didukung WHO. 

Selama kunjungan tersebut, rumah sakit tersebut melaporkan lebih dari 11 persen kasus malnutrisi akut global. Menjelaskan anak-anak yang terkena dampak, dia berkata, “Saya pernah melihat mereka di bangsal… Seorang anak berusia lima tahun, dan saya pikir dia berusia dua setengah tahun.”

Sedangkan The New York Times telah melaporkan bahwa para pejabat senior militer Israel sedianya paham bahwa Jalur Gaza sedang tertatih-tatih di ambang kelaparan. Mereka juga mengakui bahwa situasi kemanusiaan memburuk dengan cepat di bawah tekanan blokade yang semakin ketat dan penghalangan bantuan yang disengaja.

photo
Warga Palestina berjuang untuk mendapatkan sumbangan makanan di dapur komunitas di Khan Younis, di selatan Jalur Gaza, Jumat, 9 Mei 2025. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Menurut laporan tersebut, tiga pejabat militer Israel yang mengetahui krisis tersebut mengakui bahwa tingkat bantuan kemanusiaan yang mencapai Gaza saat ini sangat tidak memadai. Mereka memperingatkan bahwa situasi bisa menjadi tidak terkendali dalam beberapa pekan jika tidak ada tindakan yang segera diambil.

Penilaian internal ini secara langsung bertentangan dengan narasi publik penjajah Israel, yang terus menggambarkan situasi di Gaza sebagai “sulit tetapi dapat dikelola” dan bersikeras bahwa blokade tersebut menargetkan Hamas, bukan warga sipil.

Terdapat harapan luas bahwa kunjungan Trump ke Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab dapat mengarah pada penghentian perang atau pembaruan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Namun yang terjadi sebaliknya , serangan dan pemboman selama 72 jam terakhir telah meningkatkan kekerasan di Gaza lebih tinggi dibandingkan beberapa minggu terakhir, dengan jumlah korban tewas mendekati apa yang terlihat pada hari-hari pertama serangan Israel di Gaza setelah gencatan senjata gagal pada bulan Maret.

Beberapa pejabat di wilayah Palestina menyebutkan jumlah korban tewas akibat serangan Israel pada Rabu dan Kamis mencapai 250 orang Perkiraan bervariasi mengenai jumlah korban pada malam hari dan pada hari Jumat pagi. Muhammad al-Mughayyir, juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, mengatakan pada hari Jumat bahwa 50 orang telah terbunuh sejak tengah malam.

Setidaknya 48 jenazah dibawa ke rumah sakit Indonesia di Gaza utara, dan 16 jenazah dibawa ke rumah sakit Nasser, kata pejabat kesehatan, setelah serangan di pinggiran kota Deir al-Balah di tengah dan kota Khan Younis di selatan. Seorang dokter di rumah sakit Indonesia di kota Beit Lahiya, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan 30 orang tewas dan puluhan luka-luka, sebagian besar anak-anak dan perempuan, telah tiba di rumah sakit.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement