REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Lebih dari 100 orang syahid atau hilang dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza sejak fajar pada Jumat. Ini membuat jumlah syuhada menjadi 250 dalam 36 jam terakhir.
Serangan ini menandai peningkatan agresi baru yang oleh sumber-sumber Israel dianggap sebagai awal dari perluasan operasi militer Israel di Jalur Gaza. Serangan tersebut menyasar rumah-rumah penduduk di kamp Beit Lahia dan Jabalia, sebelah utara Jalur Gaza, sejak subuh hari ini.
Rekaman serangan menunjukkan momen pertama pembantaian yang dilakukan tentara pendudukan Israel terhadap pengungsi setelah memaksa mereka mengungsi di wilayah barat Beit Lahia. Artileri Israel menargetkan mereka saat mereka melarikan diri.
Gambar-gambar menunjukkan kru pertahanan sipil dan ambulans berusaha mengambil jenazah dan menyelamatkan korban luka, meskipun peralatan sangat terbatas. Gambar dari dalam Rumah Sakit Indonesia di utara Jalur Gaza utara menunjukkan jenazah para syuhada bertumpuk di tanah, menyusul serangkaian penggerebekan di kamp Beit Lahia dan Jabalia.

Pertahanan Sipil menjelaskan bahwa selama pemeriksaan terhadap sebuah rumah yang dibom oleh Israel di kamp Jabalia, ditemukan bahwa bangunan tersebut terdiri dari dua lantai dan orang-orang di dalamnya terkubur di bawahnya, tanpa ditemukan jejak jasad mereka.
Juru bicara Pertahanan Sipil Mahmoud Basal mengatakan kepada Aljazirah bahwa pasukan pendudukan menargetkan siapa pun yang bergerak di Jalur Gaza utara. Ia menambahkan bahwa ada orang-orang hilang yang tidak dapat dijangkau oleh kru Pertahanan Sipil, dan menjelaskan bahwa seluruh wilayah Jalur Gaza menjadi sasaran sasaran dan pembunuhan sistematis.
Di Jalur Gaza selatan, seorang warga Palestina syahid dan beberapa lainnya terluka, salah satunya dalam kondisi kritis, dalam serangan udara Israel terhadap tenda yang menampung pengungsi di lingkungan Al-Amal, sebelah barat Khan Yunis.

Perkembangan ini terjadi sehari setelah lebih dari 127 warga Palestina terbunuh di Jalur Gaza, yang dianggap sebagai eskalasi paling kejam dalam beberapa minggu terakhir. Tentara pendudukan Israel telah secara langsung mengebom dua rumah sakit, bersama dengan enam sekolah dan tiga pusat penampungan pengungsi, sejak Selasa lalu.
Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan di Gaza, Munir al-Barash, mengatakan bahwa Jalur Gaza "sedang menyaksikan pembantaian pembersihan etnis yang paling keji, yang mengakibatkan 250 orang menjadi martir dalam 36 jam terakhir."
Dalam sebuah wawancara dengan Aljazirah ia menambahkan bahwa pendudukan menggunakan senjata modern yang dilarang secara internasional untuk menargetkan fasilitas sipil. Dia menyerukan penyelidikan internasional mengenai masalah ini, dan menekankan meningkatnya jumlah kasus cacat janin akibat senjata yang digunakan oleh pendudukan.
