Selasa 06 May 2025 08:44 WIB

LIB Kutuk Pelaku Rasisme di Sepak Bola, Janji Beri Tindakan Tegas

Yance Sayuri dan Yakob Sayuri jadi korban rasisme suporter.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Yakob Sayuri berlatih di gym.
Foto: dok PSSI
Yakob Sayuri berlatih di gym.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Liga Indonesia Baru (LIB) menyampaikan keprihatinan mendalam dan kecaman keras terhadap tindakan rasisme yang menimpa dua pemain Malut United FC, Yance Sayuri dan Yakob Sayuri, usai pertandingan pekan ke-31 BRI Liga 1 2024/25 melawan Persib Bandung pada Jumat, 2 Mei 2025.

Insiden ini terjadi di tengah euforia kemenangan Malut United atas sang pemuncak klasemen. Namun, kebanggaan tersebut ternodai oleh tindakan rasis yang diarahkan kepada Yance dan Yakob melalui media sosial, bahkan menyasar keluarga mereka.

Baca Juga

“Kami mengutuk keras segala bentuk rasisme di dunia sepak bola. Tindakan ini tidak hanya menyakiti individu, tetapi juga mencederai semangat sportivitas dan persatuan yang menjadi fondasi kompetisi,” ungkap Direktur Utama LIB Ferry Paulus dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (6/5/2025).

“Sepak bola adalah ruang inklusif, tempat perbedaan dirayakan. Rasisme tidak boleh mendapat tempat, baik di stadion maupun di ruang digital. Kami akan memperketat pengawasan dan terus mendorong edukasi bagi suporter serta semua pihak yang terlibat,” kata Ferry.

LIB siap bekerja sama dengan Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI), klub, dan otoritas hukum untuk memastikan pelaku tindakan rasisme ditindak tegas sesuai dengan peraturan yang berlaku. LIB, kata dia, mendorong penyelidikan terhadap akun-akun yang terlibat dalam ujaran rasis.

LIB juga akan mengkaji penguatan regulasi anti-diskriminasi di kompetisi Liga 1 dan Liga 2, serta menyelenggarakan kampanye edukasi bersama klub dan komunitas suporter. LIB mengajak seluruh elemen sepak bola baik klub, pemain, ofisial, dan suporter untuk bersama-sama menjaga atmosfer pertandingan yang aman, nyaman, dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. Insiden ini harus menjadi pelajaran penting bagi kita semua agar sepak bola Indonesia benar-benar menjadi alat pemersatu bangsa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement