REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak digelar tahun 1989 dan keluar sebagai juara pada perhelatan yang digelar di Jakarta, Indonesia belum pernah lagi mampu merebut gelar juara yang nama pialanya diambil dari tokoh bulu tangkis Indonesia Sudirman.
Dalam perhelatan Piala Sudirman 2025 yang berlangsung di Xiamen, China, Indonesia kandas pada babak semifinal, takluk 2-3 dari Korea Selatan. Hasil ini tak mencapai target yang dicanangkan Ketua Umum PP PBSI M Fadil Imran yang mematok target final pada kejuaraan dunia beregu campuran ini.
Walau gagal, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) Pelatnas PBSI Eng Hian menyatakan, ada proses regenerasi selama Piala Sudirman 2025. Ia melihat ada progres selama di Piala Sudirman 2025. Dalam kiprah di Piala Sudirman tahun ini, tidak selalu pemain senior yang diturunkan, tapi ada kombinasi antara junior dengan senior."
"Penampilan para pelapis ini hasilnya tidak jelek, malah boleh dibilang seperti Alwi dan Ubed, diberikan kepercayaan menghasilkan yang terbaik. Penampilan Putri Kusuma Wardani juga menurut kami bukan yang jenjangnya terlalu jauh melawan tunggal putri nomor satu dunia dan peraih medali emas Olimpiade," ujar akrab Eng Hian dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (4/5/2025).
Setelah ini, kata dia, PBSI harus melakukan evaluasi. PBSI, kata dia, harus menyegerakan program yang harus dilaksanakan agar level pemain-pemain ini bisa terus meningkat.
"Di ganda putra untuk regenerasi setelah Fajar/Rian, saya melihat dua pasangan Fikri/Daniel dan Leo/Bagas sudah siap untuk melapisi Fajar/Rian. Tinggal nanti di bawahnya ini yang menjadi PR kami agar segera mengejar jarak ke atas. Saya cukup percaya diri potensi ganda putra cukup baik, tinggal bagaimana menata programnya baik program latihan maupun program turnamen," kata dia.
Eng Hian menambahkan, untuk ganda putri ini yang masih harus bekerja keras. Untuk ke level Super 500 ke atas, di sektor ini belum punya andalan lagi. Ini yang harus dikuatkan dan ditingkatkan programnya atau mencari formula baru.
"Di ganda campuran memang kita tahu bersama hasilnya selama di Piala Sudirman belum maksimal. Hampir sama dengan ganda putri, mereka harus meningkatkan level permainan. Ini harus dibenahi bersama," ujarnya.
Secara penampilan, Eng Hian sangat mengapresiasi perjuangan tim karena tidak semua pemain elite bisa bergabung. Ia mengatakan, bila Anthony Ginting, Gregoria Mariska Tunjung, dan Leo Carnando ada, pasti kekuatan tim Indonesia berbeda.
"Tapi dari sini kami bisa mengambil sisi positifnyam yaitu kami bisa memberikan kesempatan kepada pemain-pemain pelapis dan mereka menjawabnya dengan penampilan luar biasa," ungkapnya.
"Di Piala Sudirman dua tahun ke depan, saya harap pemain-pemain muda inilah yang akan membawa pulang piala ke Indonesia. Saya bangga dengan tim ini dan mari semangat yang ditunjukkan terus dipertahankan dan tidak boleh padam," kata dia.