Senin 07 Apr 2025 13:26 WIB

Banjir Tewaskan 30 Orang di Ibu Kota Kongo

Sungai Ndjili yang mengalir di kota berpopulasi 17 juta orang meluap.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Kondisi banjir di Distrik Ndjili, Kinshasa, Kongo, 6 April 2025.
Foto: Hardy Bope/AFP
Kondisi banjir di Distrik Ndjili, Kinshasa, Kongo, 6 April 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA -- Sekitar 30 orang tewas dalam banjir di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo. Banjir yang dipicu hujan deras akhir pekan lalu juga merusak rumah dan jalan-jalan.

"Total kematian provinsi, tapi sejauh ini sekitar 30 orang meninggal," kata Menteri Kesehatan Provinsi-Kota Kinshasa  Patricien Gongo Abakazi, Ahad (6/4/2025).

Hujan mengakibatkan Sungai Ndjili yang mengalir di kota berpopulasi 17 juta orang meluap pada Jumat (4/4/2025) malam. Air memblokir jalanan nasional dan membuat pengendara terjebak sejak Sabtu (5/4/2025) sore.

"Dalam perjalanan pulang dari menjemput teman di bandara, kami menghabiskan malam di jalan karena tidak ada tempat aman untuk parkir," kata seorang warga Kinshasa Patricia Mikonga.

Beberapa wilayah juga mengalami pemadaman listrik. Seorang warga distrik Makala Kerene Yala mengatakan masalah terbesar di daerah tempat tinggalnya adalah berhentinya pasokan air.

Gubernur Kinshasa Daniel Bumba Lubaki mengatakan infrastruktur air terdampak banjir. Tapi, pasokan akan pulih dalam dua atau tiga hari.

Dalam pidatonya yang disiarkan televisi, ia mengatakan sejumlah kematian disebabkan pemukiman ilegal. Ia berjanji akan mengevakuasi orang-orang dari pemukiman yang tak direncanakan.

Pakar hidrologi Raphael Tshimanga Muamba mengatakan sungai terdampak aktivitas manusia dari waktu ke waktu. “Ini adalah tindakan antropogenik di mana sungai-sungai terdegradasi; ukurannya tidak lagi mewakili kapasitas awalnya untuk menampung banjir,” katanya.

Banjir ini terjadi pada saat yang rentan bagi negara Afrika Tengah tersebut. Pemberontak M23 yang didukung Rwanda mengintensifkan serangan di bagian timur negara yang bergejolak sejak awal tahun. Sudah lebih dari 7.000 orang tewas dalam pertempuran dalam dua bulan pertama tahun ini.

Pekan lalu, Pemerintah Kongo dan M23 menggelar pembicaraan tertutup di Qatar. Pembicaraan ini merupakan yang pertama kali sejak M23 menggelar serangan kilat di bagian timur Kongo. Pembicaraan yang akan berlanjut pekan depan di Doha, menawarkan harapan terbesar untuk menghentikan permusuhan sejak M23 merebut dua kota terbesar di Kongo timur. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement