Senin 31 Mar 2025 05:43 WIB

Jenderal AS: Iran Kini Hanya Butuh Waktu Kurang dari Sepekan untuk Buat Satu Bom Nuklir

Iran juga menjadi negara dengan stok rudal balistik terbanyak di Timur Tengah.

Mengenakan pakaian pelindung, seorang petugas keamanan Iran, berbicara di bagian Fasilitas Konversi Uranim, di luar kota Isfahan, Iran. (ilustrasi)
Foto: AP/Vahid Salemi, File
Mengenakan pakaian pelindung, seorang petugas keamanan Iran, berbicara di bagian Fasilitas Konversi Uranim, di luar kota Isfahan, Iran. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kepala Komando Strategis Amerika Serikat (AS) Jenderal Anthony Cotton mengatakan, bahwa Iran telah berhasil mengurangi waktu proses pembuatan uranium menjadi satu bom nuklir dari sebelumnya 10-15 hari menjadi kurang dari sepekan. Hal itu diungkapkan oleh Cotton dalam rapat dengar pendapat dengan Senat AS pada Rabu pekan lalu dikutip Ynet.

"Republik Islam Iran terus mengembangkan program nuklirnya dengan meningkatkan stok uranium dan membangun (mesin) sentrifugasi tambahan," kata Cotton dalam keterangan tertulisnya.

Baca Juga

"Teheran telah mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi uranium level-bom menjadi sebuah senjata nuklir," kata Cotton, menambahkan.

Cotton juga mengingatkan bahwa, Iran adalah negara dengan stok terbesar dalam jumlah rudal balistik di kawasan Timur Tengah, yang sebagian telah digunakan saat menyerang Israel pada 1 Oktober 2024 lalu. Menurut Cotton, Iran juga mempercepat pengadaan senjata canggih untuk kelompok proxy mereka di Timur Tengah.

Sehari sebelum pernyataan Cotton, komunitas intelijen di AS pada Selasa (25/3/2025), menyatakan bahwa Iran saat ini tidak sedang memproduksi bom nuklir. Meskipun, menurut laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) sebelumnya, Teheran secara cepat menaikkan kadar pengayaan uraniumnya.

"Kami terus mengasesmen Iran tidak sedang membangun sebuah senjata nuklir," demikian laporan komunitas intelijen AS.

Laporan komunitas intelijen AS yang dirilis setebal 21 halaman merepresentasikan gabungan pandangan dari 18 agen intelijen di AS, termasuk CIA, Pentagon, hingga NSA yang memonitor sistem komunikasi dan NRO yang mengoperasikan satelit pengintai AS.

Laporan komunitas intelijen AS dirilis saat Iran mengungkap infrastruktur militer bawah tanahnya yang dianggap sebagian analis dibangun untuk melindungi fasilitas nuklir dari serangan udara. Dalam rekaman video yang dirilis media Iran, Komandan Angkatan Bersenjata Iran Mayor Jenderal Mohammad Hossein Bagheri tampak melakukan tur bersama komandan angkatan laut, di situs bawah tanah yang dinamai 'kota misil'.

photo
senjata mematikan Iran. - (national interest sputnik)

sumber : Antara, Anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement