REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Serangan udara Israel sepanjang Senin (25/3/2025) telah menewaskan sedikitnya 65 orang di Gaza dalam 24 jam terakhir, termasuk wanita, anak-anak dan dua jurnalis, kata otoritas kesehatan Palestina. Pembantaian terus terjadi hampir seminggu setelah Israel melanggar gencatan senjata dengan Hamas.
Warga Palestina di Gaza kembali menyelamatkan diri setelah Israel melancarkan serangan baru di wilayah tersebut, yang dimulai pada Selasa pekan lalu dengan gelombang serangan udara yang menewaskan sekitar 700 orang, sebagian besar warga sipil, mengakhiri dua bulan yang relatif tenang, menurut Kementerian Kesehatan Palestina di wilayah yang dikuasai Hamas.
The Guardian melansir, Hossam Shabat, seorang jurnalis saluran Al Jazeera Mubasher, terbunuh di Gaza utara pada hari Senin. Saksi mata mengatakan kepada jaringan tersebut bahwa mobilnya menjadi sasaran di bagian timur Beit Lahiya.
Sebelumnya pada hari yang sama, Mohammad Mansour, seorang reporter yang bekerja untuk Palestine Today, tewas dalam serangan udara Israel di Khan Younis, Gaza selatan. Menurut para saksi, Mansour menjadi sasaran “di rumahnya bersama istri dan putranya” tanpa peringatan sebelumnya. Belum ada komentar langsung dari Pasukan Pertahanan Israel.
Setidaknya 208 jurnalis dan pekerja media telah terbunuh akibat serangan Israel sejak Oktober 2023, menurut Sindikat Jurnalis Palestina.

Petugas medis Palestina mengatakan serangan Israel menghantam sebuah sekolah tempat para pengungsi berlindung di Jalur Gaza pada hari Senin, menewaskan sedikitnya empat orang, termasuk seorang anak.
18 orang lainnya terluka dalam serangan hari Senin di kamp pengungsi Nuseirat, menurut rumah sakit al-Awda, yang menerima korban jiwa. Tiga rumah sakit lain sebelumnya melaporkan 25 kematian akibat serangan Israel semalam hingga Senin.
Belum ada komentar langsung dari militer Israel, yang mengatakan mereka hanya menargetkan militan dan berusaha menghindari kerugian terhadap warga sipil.
Dalam serangan udara Israel terpisah pada Ahad malam, rumah sakit Nasser, fasilitas medis terbesar di Gaza selatan, diserang, menewaskan lima orang, termasuk seorang pemimpin politik Hamas.

Militer Israel mengatakan serangannya dilakukan berdasarkan intelijen ekstensif dan menggunakan amunisi yang tepat untuk meminimalkan kerusakan di lokasi tersebut.
Hamas membenarkan bahwa salah satu anggota kantor politiknya, Ismail Barhoum, telah terbunuh. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, membenarkan bahwa sasarannya adalah Barhoum.
TV al-Aqsa milik Hamas mengatakan Barhoum dirawat di rumah sakit karena luka yang dideritanya dalam serangan sebelumnya. Pemimpin Hamas lainnya, Salah al-Bardawil, syahid dalam serangan udara Israel di Khan Younis pada Ahad. Baik Bardawil dan Barhoum adalah anggota dari 19 anggota kantor politik, badan pengambil keputusan kelompok tersebut, 11 di antaranya telah terbunuh sejak dimulainya perang pada akhir tahun 2023, menurut sumber Hamas.
Serangan hari Ahad terhadap rumah sakit Nasser adalah yang kedua terhadap fasilitas kesehatan di Gaza dalam tiga hari. Pada hari Jumat, Israel meledakkan rumah sakit Persahabatan Turki-Palestina di Gaza tengah, satu-satunya rumah sakit khusus perawatan kanker di Gaza, yang telah rusak parah akibat serangan udara Israel sejak Oktober 2023.

Dr Tanya Haj-Hassan, seorang sukarelawan di tim Bantuan Medis untuk Palestina (MAP) yang bekerja di rumah sakit Nasser, mengatakan petugas medis di unit gawat darurat sedang menunggu korban ketika ledakan besar mengguncang gedung tersebut.
“Semua orang berlari keluar untuk melihat apa yang terjadi sampai salah satu rekan saya berteriak, ‘Mereka melakukan operasi,’ kata Haj-Hassan melalui pesan suara. “Ada begitu banyak asap dan api. Saya berlari ke gedung sebelah, tempat ICU pediatrik berada, hanya untuk mengambil USG portabel saya dan beberapa barang, mengetahui bahwa kami akan menerima korban jiwa.
“Saat saya berjalan keluar, saya melihat lantai dua gedung itu terbakar.”
Steve Cutts, kepala eksekutif MAP, mengatakan serangan itu “sekali lagi menunjukkan bahwa tidak ada tempat yang aman di Gaza”. Cutts mengatakan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang baru pulih dari operasi sebelumnya juga syahid dan sedikitnya delapan orang, termasuk staf medis, terluka.
Komite Palang Merah Internasional mengatakan kantornya di Jalur Gaza selatan dirusak oleh proyektil peledak pada hari Senin, dan tidak ada staf yang terluka.