REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta menargetkan setiap lingkungan rukun warga (RW) memiliki fasilitas bank sampah. Karena itu, saat ini Pemprov Jakarta mencanangkan pembentukan 870 bank sampah baru dan mereaktivasi 852 bank sampah yang tidak aktif.
Wakil Gubernur (Wagub) Jakarta Rano Karno mengatakan, pembentukan bank sampah di setiap RW itu merupakan salah satu program yang harus dikerjakan dalam 100 hari pertama. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi sampah dari hulu. Keberadaan bank sampah juga dinilai akan meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam mengurangi volume sampah sejak dari sumbernya.
“Dengan mengedepankan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) serta penguatan peran bank sampah, kami mendorong masyarakat untuk lebih peduli dalam memilah dan mengelola sampah sebelum sampai ke TPA," kata dia, Jumat (21/3/2025).
Bang Doel --sapaan Rano Karno-- menambahkan, pemilihan sampah yang dilakukan dari hulu juga dapat mengurangi beban Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang. Selain itu, upaya itu juga akan mendukung Jakarta menuju kota yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Doel berharap, pengelolaan sampah yang bertanggung jawab dapat menjadi budaya dan gaya hidup di masyarakat. Apalagi, pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular juga diharapkan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jakarta Asep Kuswanto mengungkapkan, berdasarkan data per Desember 2024, baru ada 2.287 bank sampah yang tersebar di 1.878 RW di Jakarta. Padahal, total RW di Jakarta berjumlah 2.748 RW.
Ia menambahkan, dari total 2.287 bank sampah yang sudah terbentuk, setelah dilakukan monitoring dan evaluasi, terdapat 1.435 bank sampah (63 persen) berstatus aktif. Sementara 852 bank sampah (37 persen) berstatus tidak aktif.
"Kami akan terus melakukan upaya untuk meningkatkan jumlah serta efektivitas bank sampah melalui sosialisasi pemilahan sampah kepada warga, koordinasi dengan ketua RW untuk penyusunan pengurus bank sampah," kata Asep.