REPUBLIKA.CO.ID, Pada Selasa dini, warga Palestina di Gaza terbangun dengan harapan pagi mereka akan seperti hari-hari sebelumnya di bulan Ramadan.
Keluarga, teman, dan tetangga berkumpul untuk menyiapkan sahur, makanan sebelum fajar buat mempersiapkan diri menghadapi puasa.
Namun, militer Israel telah membuat buyar semua harapan tersebut. Zionis justru menggunakan momen ritual bersama ini untuk melancarkan serangan ganas ke daerah kantong Palestina dan menghancurkan gencatan senjata yang telah berlangsung selama 58 hari.
Segera setelah pukul 02.00 pagi, serangkaian serangan udara Israel menargetkan puluhan bangunan tempat tinggal dan sekolah yang menampung orang-orang terlantar di seluruh Gaza.
Salah satu target pertama adalah Sekolah al-Tabaeen, yang menampung ratusan warga Palestina terlantar di Daraj, sebuah lingkungan di jantung Kota Gaza.
Setidaknya 25 warga Palestina terbunuh akibat pengeboman tersebut, termasuk wanita dan anak-anak yang berlindung di sekolah tersebut, yang telah menjadi sasaran tiga kali sejak dimulainya perang.
Segera setelah serangan tersebut, Muhammed al-Shawish berdiri di dalam sekolah di antara kerumunan korban selamat dan penduduk setempat yang datang untuk membantu.
Ia baru saja menerima berita bahwa saudara perempuannya dan anak-anaknya gugur dalam serangan tersebut.
“Suami saudara perempuan saya terbunuh pada awal perang. Hari ini, mereka mengebom Sekolah Tabaeen tempat ia dan anak-anaknya berlindung,” kata Shawish kepada Middle East Eye.
“Mereka mengebom ruang kelas di sebelah ruang kelas tempat saudara perempuan saya tinggal. Ia meninggal bersama anak-anaknya. Hanya seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan yang selamat. Di antara mereka yang tewas adalah seorang bayi yang ayahnya tidak pernah melihatnya.”
Baca https://www.middleeasteye.net/news/gaza-awakes-bloody-suhoor-israel-stages-ramadan-massacre
Serangan sebelumnya terhadap sekolah tersebut pada bulan Agustus juga dilakukan pada dini hari, dan membunuh sedikitnya 100 warga Palestina yang mengungsi.
Di Shujaiya, sebuah lingkungan di timur Kota Gaza, sedikitnya lima warga Palestina tewas dan 10 lainnya terluka akibat serangan terhadap dua rumah milik keluarga Qreiqe.
Di depan rumah yang hancur, seorang kerabat berbicara di telepon, dengan putus asa memohon ambulans untuk mengambil jenazah sepupunya.
"Mereka menyuruh saya untuk membawanya ke rumah sakit sendiri," katanya kepada Middle East Eye sambil menutup telepon.
Sepupunya, Maram, selamat dari serangan di Rumah Sakit Baptis Arab al-Ahli pada Oktober 2023, tetapi kini telah terbunuh di rumahnya sendiri selama gencatan senjata.
"Jenazahnya telah berada di sini selama lebih dari dua jam. Kami telah memanggil ambulans sejak saat itu, tetapi tidak ada ambulans yang tersedia," katanya.
View this post on Instagram