REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Presiden AS Donald Trump secara langsung mengancam akan menargetkan aset-aset Iran, bahkan jika hal itu membahayakan rakyat Iran. Hal ini ia sampaikan menyusul serangan AS ke Yaman yang menewaskan lebih dari 50 orang.
Eskalasi perang terhadap Iran sudah dimulai pemerintahan Trump pada periode pertama. Pada 2020, Trump memerintahkan pembunuhan Qassem Soleimeni, seorang jenderal militer Iran, ketika dia mengunjungi Irak.
Dalam sebuah postingan di platform Truth Social-nya, Presiden Trump mengangkat kemungkinan konfrontasi langsung dengan Iran ketika AS meningkatkan serangan terhadap milisi Houthi di Yaman. Trump mengatakan serangan Houthi “semuanya berasal dari, dan diciptakan oleh, IRAN”.
“Setiap serangan atau pembalasan lebih lanjut yang dilakukan oleh ‘Houthi’ akan dibalas dengan kekuatan besar, dan tidak ada jaminan bahwa kekuatan tersebut akan berhenti di situ,” katanya. Ia lebih lanjut menuduh Teheran “mendikte setiap gerakan” pemberontak sambil memberi mereka senjata dan intelijen.
“Setiap tembakan yang dilakukan oleh Houthi akan dipandang, mulai saat ini, sebagai tembakan yang berasal dari senjata dan kepemimpinan IRAN, dan IRAN akan bertanggung jawab, dan menanggung akibatnya, dan konsekuensinya akan sangat mengerikan!”

Mehr News melansir, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmail Baghaei telah memperingatkan keras ancaman Washington terhadap Teheran menyusul serangan AS di Yaman. Baghaei mengutuk keras serangan AS baru-baru ini di Yaman, dan menyatakan bahwa serangan tersebut telah mengakibatkan banyak korban sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.
Dia mengkritik sikap diam Barat terhadap serangan Israel yang sedang berlangsung terhadap Gaza dan Tepi Barat selama bulan Ramadhan, dan menyebutnya sebagai kelanjutan dari genosida melalui pemboman tanpa henti selama 16 bulan terakhir.
Mengenai ancaman AS terhadap Teheran setelah serangan di Yaman, ia memperingatkan bahwa Iran akan merespons dengan tegas dan dengan kekuatan penuh terhadap setiap serangan terhadap integritas teritorial, keamanan, atau kepentingan nasionalnya.
Baghaei juga menampik tuduhan AS bahwa Iran mengendalikan gerakan perlawanan Yaman, dan menyebut klaim tersebut sebagai upaya putus asa untuk membenarkan kegagalan Washington selama 20 bulan terakhir. Dia menegaskan kembali bahwa pasukan Yaman beroperasi secara independen dan membuat keputusan strategis mereka sendiri untuk mendukung gerakan perlawanan Palestina.

PBB telah mengeluarkan pernyataan menanggapi prospek peningkatan serangan Houthi terhadap kapal komersial di Laut Merah dan peningkatan serangan AS di Yaman. “Kami menegaskan kembali keprihatinan kami atas peluncuran beberapa serangan terhadap wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman oleh Amerika Serikat dalam beberapa hari terakhir,” kata juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Kelompok Houthi mengatakan serangan AS menewaskan 53 orang dan melukai 101 orang. “PBB menyerukan pengekangan sepenuhnya dan penghentian semua aktivitas militer,” tambah pernyataan itu.
“Eskalasi tambahan apa pun dapat memperburuk ketegangan regional, memicu siklus pembalasan yang selanjutnya dapat mengganggu stabilitas Yaman dan kawasan serta menimbulkan risiko besar terhadap situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan di negara tersebut,” katanya.