REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhyiddin
Mengunjungi Baitullah di Makkah al-Mukarramah dan sekaligus berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW di Madinah al-Munawwarah, Arab Saudi, adalah impian umumnya orang Islam. Kaum Muslimin di Indonesia pun tak pernah padam rindunya pada Tanah Suci. Ini terbukti dengan fakta bahwa RI selalu menjadi negara yang paling banyak menyumbang jumlah jamaah haji dan umrah di setiap tahun bila dibandingkan negara-negara lain sedunia.
Seiring dengan dinamika kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Kerajaan Arab Saudi—sebagai penyandang status Khadim al-Haramain asy-Syarifain—tren perjalanan ke Makkah dan Madinah pun berubah. Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak orang Indonesia yang tertarik pada opsi umroh mandiri.
Jenis ini berbeda dengan program-program yang ditawarkan umumnya penyelenggara perjalanan ibadah umroh (PPIU) atau biro perjalanan (travel) umroh yang terdaftar resmi di Kementerian Agama (Kemenag) RI. Karena itu pula, istilah yang dipakai adalah “mandiri.” Dalam arti, calon jamaah umroh mengatur sendiri segala keperluan perjalanan, mulai dari tiket pesawat, akomodasi, transportasi, paspor, hingga visa yang wajib ada bila ingin memasuki wilayah Kerajaan Arab Saudi.
Republika menjumpai Trismiana. Muslimah asal Cirebon, Jawa Barat, ini telah berhasil menyelesaikan perjalanan umroh tanpa memakai jasa PPIU atau perusahaan biro travel. Ia melakukan umroh mandiri pada tanggal 4 -14 Maret 2024 dengan didampingi suami beserta ketiga anak mereka.
"Anak-anakku tiga. Jadi berlima (berangkat) dengan suami. Baru kemarin awal Ramadhan (tahun 2024)," ujar Trismi kepada Republika, beberapa waktu lalu.
Trismi mengaku beruntung. Sebab, pada saat merencanakan umroh mandiri ia berhasil membeli tiket pesawat terbang maskapai Saudia Airlines edisi promo sekitar Rp 5 juta. Harga semurah itu sudah mencakup perjalanan pergi-pulang (PP), yakni dari Indonesia ke Arab Saudi dan sebaliknya.
Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, tiket promo itu segera dibelinya pada Mei 2023. Karena merencanakan keberangkatan untuk lima orang, Trismi dan suami pun mesti merogoh Rp 25 juta dari kocek mereka.
“Waktu itu belinya langsung di web Saudia dengan rute Solo-Jakarta-Jeddah," ucapnya.
Jadwal keberangkatan ke Arab Saudi adalah Maret 2024. Karena itu, pasangan ini masih punya waktu mengumpulkan uang untuk memesan hotel yang akan mereka tempati selama di Saudi nanti. Tak lupa, mereka juga mengurus visa.
"Jadi, beli tiket dulu. Berangkatnya masih lama tuh. Aku pikir, menabunglah di tengah-tengah bulan untuk hotel dulu. Kalau (mengurus) visa, aku ‘kan pas mau berangkat," tuturnya.
Pada November 2023, Trismi berhasil memesan (booking) kamar hotel double-bed di Madinah lewat situs daring. Beruntungnya lagi, ia juga mendapatkan harga promo, yakni Rp 1,7 juta per malam.
Di Kota Nabi, dirinya dan suami berencana menginap selama lima hari. Adapun dalam lima hari sisanya, mereka akan menginap di Makkah. “Alhamdulillah, kami juga dapat hotel yang lokasinya cukup dekat dengan Masjidil Haram,” ujarnya.
Trismi mengaku tidak khawatir mengambil opsi umroh mandiri. Ia dan suami percaya diri saja untuk menempuh perjalanan ke Tanah Suci tanpa jasa PPIU atau biro travel resmi. Usut punya usut, Muslimah ini cukup menguasai bahasa Arab sehingga komunikasi dengan warga lokal pun lancar-lancar saja.
"Kalau taksi, udah jelas kan, ada aplikasi (taksi online). Aku tinggal download aplikasinya. Terus kalau muthawif (pemandu umroh –Red), ada yang bisa disewa di sana," jelasnya.
Trismi menuturkan, begitu mendarat di Bandar Udara Internasional King Abdul Aziz Jeddah, ia dan keluarganya mengambil barang-barangnya di perbagasian. Kemudian, mereka menaiki kereta berkecepatan tinggi (high-speed railway) Haramain untuk sampai ke Madinah. Tiket Haramain Express ini sebesar kira-kira total Rp 2 juta untuk lima orang.
Setelah sampai di Stasiun Madinah, keluarga ini lalu menuju hotel yang sudah dipesan sebelumnya dengan menggunakan taksi Uber. Tarif kendaraan ini sekitar 40 riyal atau kira-kira Rp 175 ribu.
"Di Madinah itu, kami kesempatannya dapat ke Raudhah dua kali. Pertama, kami dapat dari muassasah; yang kedua dari (aplikasi) Nusuk," ucap dia.
Setelah puas beribadah selama lima hari di Madinah, Trismi dan rombongan check-out dari hotel dan langsung menuju Makkah. Mereka menyewa mobil untuk sampai ke kota kelahiran Rasulullah SAW itu.
Begitu sampai dan check-in di hotel, mereka langsung menunaikan umroh. Jasa muthawif disewa demi kelancaran ibadah selama lima hari di Makkah. Biaya yang dikeluarkan untuk itu mencapai Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per hari.
"Alhamdulillah, aku umroh dua kali. Yang pertama, ambil miqat ke Bir Ali. Yang kedua, pas Ramadhan itu, ambil mikat di Masjid ‘Aisyah," kenang Trismi.
Usai menuntaskan rindu melihat Ka’bah, rombongan umroh mandiri ini kembali ke Jeddah dengan menumpangi Haramain Express. Trismi bersyukur, tiket yang dibelinya pun sudah dikorting sebesar 50 persen.
"Pas pulangnya juga udah di-arrange. Kami alhamdulillah transportasinya juga naik kereta cepat. Jadi enggak ada drama. Aku dari Makkah ke Jeddah itu dapat diskon, jadi cuma Rp 500 ribu berlima," jelasnya.
Rihlah yang dilakukan Trismi dan keluarganya menjadi salah satu cerita umroh mandiri yang berhasil. Bagaimanapun, Muslimah ini ternyata masih kurang puas. Ia berencana akan melakukan umroh mandiri lagi dengan suaminya—kali ini tanpa membawa serta anak-anak. Katanya, itu supaya mereka dapat maksimal beribadah di Tanah Suci.
Tentu saja, tidak ada probabilitas 100 persen menyenangkan untuk sebuah perjalanan jauh. Begitu pula dengan umroh.
Untuk meningkatkan kemungkinan atau bahkan mendekati 100 persen puas dan sukses umrah mandiri, banyak orang melakukan pelbagai cara. Ada yang masih menggunakan jasa biro travel, tetapi hanya untuk mengurus visa dan dokumen Sistem Komputerisasi Pengelolaan Terpadu Umrah dan Haji Khusus (Siskopatuh). Tanpa keduanya, tidak mungkin atau malahan mustahil bagi seorang warga negara Indonesia (WNI) untuk bisa melalui bagian Imigrasi semisal di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, agar dapat terbang ke Saudi.
Ada pula jenis umroh “mandiri” yang difasilitasi oleh biro travel tertentu. Dengan program yang kerap diistilahkan sebagai umroh individual ini, perusahaan jasa perjalanan tidak hanya membantu calon jamaah umroh dalam mengurus visa, tetapi juga hal-hal lain, semisal memesan tiket pesawat terbang dan hotel yang tentunya sesuai dengan keinginan sang konsumen.
Bila demikian, masihkah umroh mandiri atau semi-mandiri menjadi masalah? Direktur Utama (Dirut) Abhinaya Tour and Travel Umroh Haji Pandu Apriyanto mengakui, opsi umroh individual lewat perusahaan biro perjalanan memiliki banyak kelebihan dibanding dengan umroh reguler. Misalnya, total biaya yang mesti dikeluarkan calon jamaah biasanya lebih terjangkau.
Selain itu, program umroh individual juga membuat konsumen lebih fleksibel dalam menentukan apa-apa yang biasanya sudah dipatok dalam program umroh regular. Misalnya, jumlah hari tinggal di Makkah dan Madinah, pilihan maskapai pesawat yang tidak harus penerbangan-langsung, atau jenis hotel yang akan ditempati. Kadang kala, tujuannya bukan hanya meraih budget yang lebih murah, melainkan juga pengalaman rihlah yang lebih personal.
"Umroh mandiri ini (umrah individual –Red) bisa lebih fleksibel dalam segi hampir semuanya, baik itu pemilihan tanggal, jumlah hari, akomodasi yang digunakan, dan juga (maskapai) pesawat terbang yang digunakan," ujar Pandu Apriyanto kepada Republika, belum lama ini.
Jika calon jamaah umroh individual telaten dalam memilih akomodasi dan moda transportasi, lanjut Pandu, mereka pun akan mendapati biaya yang juga lebih ekonomis dibanding dengan paket umroh biasa.
"Kalau kita bisa pintar memilih untuk seluruh item saya sebutkan tadi, ini total harganya pun bisa lebih ekonomis," ucap dia.
Abhinaya Tour and Travel adalah salah satu perusahaan yang menyediakan layanan umrah individual untuk masyarakat Indonesia. Menurut Pandu, opsi yang nyaris tak jauh berbeda dengan umroh mandiri ini akan lebih menjamin keamanan dan kenyamanan jamaah.
"Umroh mandiri ini alangkah baiknya atau bahkan seharusnya dikelola oleh biro travel yang mempunyai izin PPIU dari negara. Jadi, umroh yang benar-benar secara resmi terdaftar,” kata Pandu meyakinkan.
Ia mengaku optimistis dengan kenyamanan opsi umroh individual yang disediakan biro perjalanan yang berizin resmi. Calon jamaah bisa mempercayakan kepada perusahaan agar membantu pemilihan hotel, maskapai pesawat, dan tanggal keberangkatan.
"Itu bisa diserahkan kepada PPIU walaupun masukan tetap dari customer ataupun calon jamaah," jelas Pandu.
Ia mengungkapkan, jumlah konsumen yang memilih opsi umroh individual lewat Abhinaya Tour and Travel Umroh Haji terus meningkat. Di masa depan, ia yakin layanan umroh mandiri dan juga umroh individual kian diminati kaum Muslimin, khususnya kalangan generasi muda.
"Ke depannya, kita lihat banyak anak-anak muda atau generasi milenial yang mungkin juga akan tertarik, atau bahkan sudah mulai mencari-cari, untuk bisa pergi (umroh) sendiri. Karena (mengurus perjalanan umroh) sama seperti mau pergi ke Korea atau Jepang, (yakni) dengan pembukuan masing-masing," kata Pandu.
Sarikat Penyelenggara Umrah dan Haji Indonesia (Sapuhi) memandang pesimistis pilihan umrah mandiri. Sekretaris Jenderal Sapuhi Ihsan Fauzi Rahman berpendapat, pelaksanaan perjalanan umroh tanpa menggunakan jasa PPIU atau biro travel resmi itu tidaklah mudah.
"Poin yang ingin kami sampaikan adalah bahwa pengelolaan atau pelaksanaan umroh itu tidak semudah dari yang kita lihat bersama," ujar Ihsan Fauzi dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) bersama dengan Komisi VIII di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (17/2/2025) lalu.
Ihsan mencontohkan, banyaknya hotel di Madinah yang tiba-tiba membatalkan pemesanan yang sudah dilakukan pada musim dingin di Arab Saudi beberapa waktu lalu. Padahal, banyak kamar hotel-hotel tersebut yang sudah di-booking oleh pihak biro travel umroh dari Indonesia.
Menurut dia, perusahaan-perusahaan biro perjalanan yang telah bertahun-tahun melayani jamaah umroh pun memiliki risiko seperti itu. Apatah lagi keadaannya bagi mereka yang hendak melaksanakan umroh secara mandiri?
"Bisa bayangkan, jangankan perorangan yang berangkat. Kami saja, (biro) travel yang sudah menjalani usaha ini puluhan tahun, itu tetap tidak terbantahkan menghadapi risiko-risiko. Tidak sedikit dari kami yang betul-betul nombok untuk pelayanan," ucap dia.
Jika pun opsi umroh mandiri diakomodasi dalam rancangan undang-undang (RUU) yang akan merevisi UU terkait penyelenggaraan ibadah haji dan umroh, menurut Ihsan, maka pemerintah dan DPR harus mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh semua risikonya.
"Kalau sekiranya konsep umroh mandiri ini diamini dan diakomodasi dalam undang-undang, maka perlu diperhitungkan risikonya," kata dia.
Pihaknya tidak mempersoalkan bahwa umroh mandiri akan menggerus ceruk pasar perusahaan-perusahaan biro perjalanan umroh. Menurut dia, kalangan PPIU hanya ingin memastikan pelayanan kepada para tamu Allah betul-betul terlaksana dengan baik. Jangan sampai mereka yang semestinya dapat beribadah dengan khusyuk di Tanah Suci, justru merana dan merugi.
"Tidak kebayang gitu kalua, misalnya, umroh mandiri ini difasilitasi atau diakomodasi (negara) sehingga akan terjadi banyak hal-hal yang tidak kita inginkan," tukas dia.
Dengan tegas, Sapuhi meminta Komisi VIII DPR RI agar tidak mengakomodasi umroh mandiri dalam RUU yang sedang dibahas itu. "Mohon menjadi pertimbangan, umroh mandiri untuk tidak diakomodiasi dalam draf RUU undang-undang yang baru ini," kata Ihsan.