Senin 17 Feb 2025 17:12 WIB

Pementasan Teater 'Wawancara dengan Mulyono' di ISBI Batal Digelar, Ini Respons Rektor

Lokasi acara digembok oleh pihak kampus sehingga Rachman Subur tidak bisa masuk.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Andri Saubani
ahasiswa dari Keluarga Mahasiswa Teater (KMT) ISBI melakukan pentas seni teater rangka memperingati Hari Teater Sedunia. (ilustrasi)
Foto: Edi Yusuf/Republika
ahasiswa dari Keluarga Mahasiswa Teater (KMT) ISBI melakukan pentas seni teater rangka memperingati Hari Teater Sedunia. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDUNG -- Pementasan teater yang dilakukan Teater Payung Hitam berjudul "Wawancara dengan Mulyono" yang digelar di Kampus Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Sabtu (15/2/2025) malam batal digelar. Sebabnya, lokasi acara digembok oleh pihak kampus sehingga tidak bisa masuk.

Sutradara pementasan Rachman Subur mengatakan pementasan teater berjudul "Wawancara dengan Mulyono" dilakukan untuk merayakan perjalanan kreatif selama 43 tahun terakhir. Namun, saat proses persiapan pintu ke lokasi acara digembok.

Baca Juga

"Pintu tempat pertunjukan digembok oleh pihak rektorat ISBI Bandung, alias dilarang dipentaskan alias dipasung karya teater tersebut," ucap Rachman melalui keterangannya, Senin (17/2/2025).

Tidak hanya itu, ia mengatakan baliho dan peluncuran buku monolog sudah beberapa kali diturunkan pihak kampus. Ia menilai praktik yang dilakukan kampus sebagai larangan untuk bermain teater.

"Bagi saya penurunan baliho adalah pelarangan," kata dia.

Ia mengaku akan menerima tidak diperbolehkan bermain teater apabila terdapat larangan tersebut. Akan tetapi, Rachman mengaku tidak menerima surat larangan tersebut. Rachman pun mempertanyakan sikap ISBI tersebut.

Sementara itu, Rektor ISBI Bandung Retno Dwimarwati mengatakan ISBI Bandung berkomitmen menjaga lingkungan akademik yang kondusif dan harmonis. Dengan melarang keras segala bentuk kegiatan yang mengandung unsur SARA termasuk kepentingan berbau politik praktis, yang melibatkan dosen dan purnabakti.

"Kebijakan ini diambil guna memastikan bahwa kampus tetap menjadi ruang ilmiah yang bebas dari konflik kepentingan dan provokasi berbasis identitas dan politik tertentu," kata dia melalui keterangan resminya.

Ia mengatakan kampus memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga nilai-nilai kebangsaan serta mencegah berkembangnya narasi yang dapat memecah belah persatuan.

"Kami tidak akan mentoleransi adanya kegiatan yang berpotensi menimbulkan perpecahan berbasis SARA dan politik, baik yang dilakukan oleh mahasiswa, dosen, pegawai administrasi maupun purnabakti," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement