Selasa 11 Feb 2025 15:38 WIB

Mahasiswa Amikom Edukasi Isu Pelecehan Seksual Melalui Film Pendek

Film be(lie)ve membawa narasi tentang seorang perempuan yang alami pelecehan seksual.

Film be(lie)ve
Foto: dokpri
Film be(lie)ve

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Maraknya kasus pelecehan seksual di lingkungan kerja dan kampus mendorong mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta untuk mengedukasi masyarakat melalui film pendek. Salah satu bentuk kepedulian tersebut diwujudkan dalam karya audio visual 'be(lie)ve', sebuah film pendek yang dikembangkan oleh Masagus Bima Nurrizky dan kawan-kawan.

Karya ini merupakan bagian dari tugas akhir skripsi skema artis di bawah bimbingan Sheila Lestari Giza Pudrianisa. Film be(lie)ve tidak hanya menjadi karya akademik, tetapi juga berfungsi sebagai sarana edukasi berbentuk audio visual yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu pelecehan seksual serta dampaknya bagi korban.

Film be(lie)ve membawa narasi tentang seorang perempuan yang mengalami pelecehan seksual di tempat kerja oleh atasannya. Tidak hanya menghadapi tekanan secara fisik dan emosional, sang tokoh utama juga terperangkap dalam ketidakadilan sistemik yang membuat korban sulit untuk berbicara atau melawan. Dengan durasi sekitar 20 menit, film ini mengombinasikan genre thriller psikologis dengan visual sinematik yang menggugah empati penonton.

Masagus Bima Nurrizky menjelaskan bahwa pendekatan visual dalam be(lie)ve dirancang untuk memperkuat nuansa ketegangan dan perasaan terjebak yang dialami karakter utama. "Kami menggunakan teknik sinematografi untuk menggambarkan tekanan psikologis yang dirasakan korban, mulai dari permainan sudut kamera hingga pencahayaan yang membangun atmosfer cerita," ujar Masagus dalam siaran persnya kepada Republika, Selasa (11/2/2025).

Film ini telah ditayangkan dalam berbagai forum diskusi mahasiswa dan berhasil meraih penghargaan Best of the Best Indie Movie dari BOIM Amikom serta The Best Short Movie dari Amikom Communication Award 2024. Dengan pencapaian tersebut, diharapkan semakin banyak pihak yang menjadikan film sebagai media advokasi untuk melawan pelecehan seksual dan menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi semua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement