Kamis 16 Jan 2025 17:59 WIB

Gencata Senjata, Pejuang Hamas akan Bebaskan Lima Tentara Wanita Israel yang Ditahan

Hamas dan Israel berhasil mencapat kata sepakat untuk gencatan senjata.

Warga Israel bereaksi terhadap pengumuman gencatan senjata saat mereka mengambil bagian dalam demonstrasi di Tel Aviv, Israel, Rabu, 15 Januari 2025.
Foto: AP Photo/Oded Balilty
Warga Israel bereaksi terhadap pengumuman gencatan senjata saat mereka mengambil bagian dalam demonstrasi di Tel Aviv, Israel, Rabu, 15 Januari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Lima tentara wanita Israel akan dibebaskan dari Gaza pada Ahad, atau bertepatan dengan hari pertama gencatan senjata yang direncanakan. Demikian menurut laporan dari berita KAN, seorang pejabat senior AS mengumumkan Rabu malam.

Pertukaran tersebut akan mencakup tahanan Palestina sebagai bagian dari kesepakatan yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir.

Baca Juga

Pejabat tersebut juga mengonfirmasi bahwa dua warga negara Amerika, Keith Siegel dan Sagie Dekel-Chen, akan dibebaskan selama fase awal perjanjian tersebut.

"Saya kecewa karena perjanjian ini tidak membahas semua sandera. Tidak dapat diterima bahwa fase kedua tidak didefinisikan dengan cara yang menunjukkan kapan anak saya akan dibebaskan dari penahanan," Ruby Chen, ayah dari Sersan IDF Amerika-Israel Itay Chen, kepada Fox News Digital pada hari Rabu.

Fase pertama dari kesepakatan tersebut diduga akan berlangsung selama 42 hari dan akan melihat pembebasan 33 sandera. Demikian menurut laporan media Arab yang belum diverifikasi oleh pejabat Israel.

Saat ini belum jelas apa saja fase-fase selanjutnya yang akan terjadi, karena PMO mengumumkan bahwa rincian akhir dari kesepakatan masih dikerjakan.

Gencatan senjata yang dicapai Israel dan Hamas semalam dilaporkan tak lepas dari paksaan presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Utusan itu berhasil melakukan yang yang gagal dilakukan Presiden AS Joe Biden setahun belakangan.

The Times of Israel melaporkan, terjadi pertemuan akhir pekan yang 'menegangkan' antara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan utusan baru untuk Timur Tengah Steve Witkoff. Ketegangan itu menghasilkan terobosan dalam negosiasi penyanderaan.

Pembantu utama Donald Trump itu disebut berbuat lebih banyak untuk mempengaruhi Netanyahu dalam satu pertemuan dibandingkan yang dilakukan Joe Biden setahun ini, kata dua pejabat Arab kepada The Times of Israel pada Selasa.

Witkoff telah berada di Doha selama seminggu terakhir untuk mengambil bagian dalam negosiasi penyanderaan, ketika mediator mencoba untuk mendapatkan kesepakatan sebelum pelantikan Trump pada 20 Januari. Pada Sabtu, Witkoff terbang ke Israel untuk bertemu dengan Netanyahu di kantor perdana menteri di Yerusalem.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement