REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebakaran hebat yang melanda Los Angeles, California, Amerika Serikat hampir sepekan terakhir dinilai sebagai sebuah fenomena anomali oleh peneliti iklim dan atmosfer dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin. Dalam pernyataan di akun media sosial X pribadinya yang dikutip di Jakarta, Sabtu (11/1/2025), Erma menjelaskan fenomena kebakaran hutan dan lahan yang menyebar hingga ke area seluas lebih dari 117,3 km persegi itu biasanya terjadi secara alamiah, yang dipicu oleh embusan Angin "Santa Ana".
Angin Santa Ana memiliki sifat kering dan dapat membakar dedaunan kering ketika angin tersebut berembus. "Hanya, normalnya Santa Ana yang dibangkitkan dari sistem tekanan tinggi di California ini seharusnya terjadi saat summer -musim panas-. Jika Santa Ana terjadi pada saat winter -musim dingin- seperti Januari saat ini, maka ini benar-benar anomali bahkan penyimpangan iklim," katanya.
Erma menjelaskan, Angin Santa Ana berkecepatan hingga 50 km/jam terbentuk karena sistem tekanan tinggi di hutan dan tekanan rendah yang terpusat di Los Angeles. Ia memaparkan, Angin Santa Ana pada umumnya biasa terjadi dari area utara Great Basin, yang merupakan dataran luas gurun yang membawa sifat angin yang panas dan kering.
"Meski winter -musim dingin-, suhu capai 27C -derajat celsius- di hutan Angeles menandakan titik-titik api telah terbentuk," ungkapnya.
Sementara, penasihat iklim Presiden Joe Biden, John Podesta mengatakan seperti dalam bencana yang sedang terjadi di California, tantangan-tantangan cuaca ekstrem yang diakibatkan perubahan iklim kian memburuk. Ia berharap di periode kedua pemerintahan Presiden Donald Trump menanggapi sains lebih serius dibandingkan pada periode pertama.
Trump yang merupakan politisi Partai Republik diketahui memberi banyak simpati pada korban kebakaran di Los Angeles. Pekan ini ia justru menyalahkan Gubernur California Gavin Newsom yang berasal dari Partai Demokrat.
Namun, Podesta mendesak Trump harus mendengar para ilmuwan dan pakar dalam hal ketahanan iklim. Seperti memperkuat infrastruktur yang lebih kuat menghadapi perubahan iklim.
“Setidaknya jika menyangkut masalah ketahanan dan adaptasi, menurut saya, itu bukan masalah liberal atau konservatif. Itu bukan masalah negara bagian merah (Partai Republik) atau biru (Demokrat). Itu terjadi di seluruh negeri,"katanya.
Ia merujuk Badai Helene, yang menghancurkan North Carolina dan negara bagian lain yang dikuasai Partai Republik di musim gugur lalu. "North Carolina terbiasa dengan kerusakan akibat badai, tetapi tidak di pegunungan dan tidak di Asheville," kata Podesta.
Podesta menambahkan sebaiknya Trump dan timnya mendengar para pakar dari Badan Administrasi Atmosfer dan Kelautan (NOAA) AS dan Badan Antariksa AS (NASA). "Dan mulai membuat rencana dan bersiap pada apa yang tampaknya peningkatan resiko tantangan cuaca ekstrem di seluruh negeri," kata Podesta.