Kamis 26 Dec 2024 11:46 WIB

Pilkada Lewat DPRD jadi Sentimen Negatif Program Pemerintahan Prabowo

Dari delapan program Prabowo hanya satu program yang mendapat sentimen negatif

Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA menyebut isu pilkada lewat DPRD menjadi sentimen negatif program pemerintahan Prabowo/
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA menyebut isu pilkada lewat DPRD menjadi sentimen negatif program pemerintahan Prabowo/

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Riset yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebutkan isu mengembalikan pemilihan kepala daerah (pilkada) ke DPRD, mendapat perlawanan kuat dari masyarakat. Isu ini menjadi satu-satunya dari delapan program yang mendapat sentimen negatif Pemerintahan Prabowo Subianto.

Menurut Direktur Eksekutif LSI, Denny JA,  sebelum 100 hari pemerintahan, Prabowo sangat mengesankan publik. Performanya di forum internasional, pidato publiknya atas banyak isu, dan peringatannya kepada koruptor meyakinkan pendukung utamanya bahwa Prabowo tak hanya potensial menjadi Strong Leader yang memajukan ekonomi.

Di mata pendukung militannya, Prabowo juga potensial tampil menjadi pemimpin dari Asia yang kuat. Ia berpotensi dikenang sebagaimana Bung Karno, Deng Xioaping, Mahathir Mohamad, atau Lee Kuan Yew.

Namun, menurut Denny JA, isu mengembalikan pilkada dipilih DPRD akan mendapatkan kontra dan perlawanan yang kuat dari rakyat banyak. “SBY pernah mencobanya dan membatalkannya. Bisa dilihat dokumen pada tahun 2014, lebih dari 80 persen publik  ingin pilkada langsung,” kata Denny, dalam siaran pers, Kamis (26/12/2024).

Dalam riset ini, LSI Denny JA menggunakan pendekatan analisis isi komputasional.  metode ini mampu mendeteksi topik dan sentimen publik berdasarkan kata kunci spesifik terkait setiap program. Data diolah menggunakan aplikasi “LSI INTERNET,” sebuah inovasi teknologi LSI Denny JA, alat analisis yang dirancang untuk menggali opini publik di ruang digital.

Hasil riset atas delapan program kerja Prabowo yang mendapatkan sentimen positif adalah program perbaikan kesehatan Ibu Hamil. Dari Frekuensi Percakapan: 2.505, yang sentimen positif 53,7%, dan negatifnya 46,3%.

Kedua, untuk program target swasembada pangan dengan mencetak sawah 4 juta hektare dalam 3-4 tahun.  Dari frekuensi percakapan: 7.922, sentimen positif 70,0% dan negatif: 30,0%. “Publik optimistis dengan potensi program ini untuk meningkatkan ketahanan pangan. Namun, skeptisisme tetap ada terkait efisiensi anggaran dan target yang ambisius,” kata Denny JA.

Ketiga, program alokasi anggaran besar untuk kesejahteraan guru dan rehabilitasi sekolah. Dari frekuensi percakapan: 17.925, sentimen positif sebesar 71,6%, dan negatif: 28,4%.

Keempat progran target pertumbuhan ekonomi 8% melalui tujuh sektor utama, termasuk transisi energi hijau. Dari frekuensi percakapan: 8.002, sentimen positif sebesar 58,0% dan negatif: 42,0%.“Transisi energi hijau menjadi sorotan positif. Namun, sebagian masyarakat skeptis terhadap realisasi target pertumbuhan ekonomi yang tinggi,” ungkap Denny JA.

Kelima, program penurunan prevalensi stunting dengan program makan bergizi gratis berbasis pangan lokal. Dari frekuensi Percakapan: 2.264, sentimen positif  52,7% dan negatif: 47,3%

Untuk program keenam, program penyediaan 3 juta rumah, termasuk 2 juta rumah di desa melalui UMKM lokal.  Dari frekuensi Percakapan: 4.190, sentimen positif: 53,7% dan negatif: 46,3%.

Ketujuh program kenaikan upah minimum nasional (UMN) sebesar 6,5% pada 2025. Dari frekuensi percakapan: 5.248, sentimen positif sebesar 52,6% dan negatif 47,4%.

Kedelapam program wacana pemilihan kepala daerah melalui DPRD untuk efisiensi biaya. Dari frekuensi percakapan: 1.629. sentimen positif: 23,7% dan negatif: 76,3%. “Program ini mendapat kritik tajam dari publik yang khawatir akan melemahkan demokrasi dan meningkatkan risiko korupsi,” ungkap Denny JA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement