REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Penggulingan Presiden Bashar al-Assad dari Suriah, yang dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham, telah mengosongkan penjara-penjara di negara itu.
Banyak dari mereka yang keluar setelah bertahun-tahun atau puluhan tahun dikurung tampak pucat dan kelaparan. Tak jarang seperti dilaporkan oleh Middle East Eye, mereka memiliki bekas-bekas penyiksaan.
Salah satu penjara mematikan itu adalah Penjara Sednaya. Hanya sedikit tempat yang lebih buruk daripada Penjara Sednaya. Penjara ini terletak sekitar 30 km di utara Damaskus, tempat ribuan orang diyakini dieksekusi di tempat yang dikenal sebagai "Rumah Pembantaian Manusia" itu.
Metode penyiksaan yang digunakan Bashar merupakan kelanjutan dari cara yang digunakan sang ayah Hafez al-Assad ketika memerintah Suriah antara tahun 1970 dan 2000.
Praktik semacam itu diketahui sebagian dipelajari dari penjahat perang Nazi Alois Brunner, yang tinggal di Suriah selama lebih dari separuh hidupnya.
Brunner menjabat sebagai penasihat negara untuk menekan perbedaan pendapat dan membangun rezim penyiksaan.
Alois Brunner dan Holocaust
Brunner lahir pada April 1912 di Vas, yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Austria-Hongaria. Pada akhir tahun 1920-an, ia menjadi anggota Partai NAZI, sebelum bergabung dengan SS pada tahun 1938 setelah Jerman mencaplok Austria.