Jumat 08 Nov 2024 19:51 WIB

Prabowo ke Cina, Pakar: Target Pertumbuhan 8 Persen Bisa Tercapai Kalau RI-Cina Mesra

Kunjungan perdana Prabowo ke Cina dipandang amat penting sebagai sinyal hubungan baik

Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Cina Xi Jinping, beberapa waktu lalu.
Foto: Yao Dawei/Xinhua via AP
Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Cina Xi Jinping, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Media Cina menyoroti kedatangan Presiden Prabowo Subianto ke negara tersebut, Jumat (8/11/2024). Terasa istimewa karena kunjungan kenegaraan perdana Prabowo adalah ke Cina bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping.

Dalam artikel opini di GlobalTimes, salah satu media online terkemuka di Cina, dua akademisi dari Nanjing University yakni Ma Bo dan Li Zishu menilai pemilihan Cina sebagai negara pertama yang dikunjungi sebagai bentuk pendalaman hubungan Indonesia-Cina.

"Prabowo memilih China sebagai tujuan pertamanya sebagai presiden terpilih, menandakan keinginan pemerintah Indonesia yang baru untuk memperluas kerja sama dan meningkatkan rasa saling percaya antara kedua negara," demikian kata Ma dan Li, dalam artikel berjudul 'Prabowo's China Visit Signals Independent Foreign Policy' yang terbit Selasa lalu. (https://www.globaltimes.cn/page/202411/1322491.shtml)

Kedua penulis juga mecermati bagaimana Presiden Prabowo mengusung tema keberlanjutan dari Presiden Joko Widodo. Hal ini tercermin dari pemilihan belasan menteri era Jokowi untuk masuk ke Kabinet Merah Putih. Bagi Ma dan Li, langkah Prabowo ini sebagai pengakuan atas pendekatan diplomatik Presiden Jokowi dan komitmen Prabowo melanjutkan kebijakan kebijakan non-blok, diplomasi seimbang dan fokus pragmatis pada kepentingan nasional.

"Prabowo terlihat ingin memastikan stabilitas dan kontinuitas dalam kebijakan luar negeri untuk mengamankan ruang strategis yang lebih besar bagi Indonesia dalam dinamika geopolitik," kata keduanya.

Ulasan keduanya juga menggarisbawahi bagaimana Prabowo kerap mengulang-ulang frasa “seribu teman terlalu sedikit, tetapi satu musuh terlalu banyak,” kemudian menyoroti komitmen Indonesia terhadap pendekatan diplomatik yang “bebas dan aktif”.

Kedua peneliti ini juga mencermati bagaimana langkah Prabowo atas situasi antara Cina dan AS. Prabowo, menurut mereka, terlihat ingin mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan Cina sembari tetap menjaga kepentingan nasional Indonesia dan landasan politik yang stabil di tengah persaingan AS-Cina.

Kemudian Ma dan Li juga menyoroti rencana ekonomi Prabowo. Terutama target pertumbuhan ekonomi yang mencapai delapan persen, lebih tinggi dari era Jokowi yang di level lima persen. Ma dan Li optimistis target tersebut tercapai dengan syarat harus ada hubungan ekonomi dan perdagangan yang erat Indonesia-Cina. "Ini akan memainkan peran penting," kata keduanya.

Mereka melanjutkan, dalam beberapa tahun terakhir, China telah memberikan dukungan yang signifikan untuk proyek-proyek infrastruktur di Indonesia. Seperti kereta cepat Jakarta-Bandung. Proyek ini, menurut Ma dan Li berfungsi sebagai proyek utama kerjasama antara kedua negara dan menjadi pilar penting modernisasi ekonomi Indonesia.

Kedua peneliti juga menyoroti rencana Prabowo untuk membangun tembok laut raksasa untuk mengatasi ancaman banjir pasang surut dan penurunan tanah di wilayah utara Pulau Jawa. Reuters melaporkan bahwa selama perjalanan ini ia berharap untuk membahas kerja sama dengan China untuk membangun tembok.

Selain itu, Ma dan Li menilai China dan Indonesia dapat meningkatkan kerja sama dalam  sektor energi dan pertambangan. Apalagi keduanya mencatat Prabowo menggaungkan program swaswembada energi. Langkah yang dipelopori Presiden Jokowi ini memang ditentang oleh Uni Eropa. Tapi Ma dan Li menilai Cina menghormati kebijakan itu."Hal ini semakin mengkonsolidasikan saling percaya politik antara China dan Indonesia, meletakkan dasar yang lebih kuat untuk hubungan ekonomi dan perdagangan di masa depan."

Ma dan Li menyimpulkan, dengan geliat ekonomi Indonesia dan kebutuhan infrastruktur serta pendanaan yang besar, dukungan Cina memberikan jaminan penting bagi proses modernisasi Indonesia. "Hubungan kerjasama yang saling menguntungkan dan saling menguntungkan akan menguntungkan kedua negara," kata Ma dan Li.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement