Jumat 08 Nov 2024 15:10 WIB

Awan Panas Erupsi Lewotobi Dinilai Masih Bahayakan Penerbangan

Penerbangan udara di NTT dan sekitarnya diprediksi akan istirahat cukup lama.

Gunung Lewotobi Laki-laki mengeluarkan asap vulkanik yang diabadikan dari di Desa Lewoingu, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kamis (7/11/2024). PVMBG menyatakan Gunung Lewotobi Laki-laki kembali erupsi pada Kamis (7/11) pukul 10.48 WITA dengan tinggi kolom abu teramati 5.000 m di atas puncak.
Foto: ANTARA FOTO/Mega Tokan
Gunung Lewotobi Laki-laki mengeluarkan asap vulkanik yang diabadikan dari di Desa Lewoingu, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kamis (7/11/2024). PVMBG menyatakan Gunung Lewotobi Laki-laki kembali erupsi pada Kamis (7/11) pukul 10.48 WITA dengan tinggi kolom abu teramati 5.000 m di atas puncak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebaran awan panas erupsi Gunung Lewotobi dinilai masih membahayakan bagi keselamatan aktivitas penerbangan udara. Untuk itu, sejumlah bandara di Nusa Tenggara Timur belum direkomendasikan untuk beroperasi.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid mengatakan tercatat sejak pukul 01.25 Wita dini hari tadi sampai dengan siang ini setidaknya ada sebanyak empat kali erupsi susulan dengan durasi 1.770 detik. Laporan yang diterima dari tim vulkanologi Badan Geologi di Flores Timur mendapati tinggi kolom abu berkisar satu kilometer sampai lebih dari lima kilometer ke udara dari bagian puncak Gunung Lewotobi Laki-Laki.

Baca Juga

“Kemudian sebaran abunya yang tebal itu mengarah ke utara sampai barat laut. Dan itu menimbulkan penutupan lagi bandara dari Maumere, Ende, Kupang dan sebagainya,” kata dia.

Tim ahli vulkanologi Badan Geologi mengindikasikan penerbangan udara di NTT dan sekitarnya akan istirahat cukup lama jika melihat karakteristik aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki yang saat ini sudah di luar dari standar normalnya (overscale). Wafid menjelaskan hal tersebut salah satunya dilihat dari adanya perubahan strombolian ke arah eksplosif mulai dari Januari-Oktober kemudian aktivitas tremor kegempaannya masih berlangsung secara terus menerus sampai dengan hari ini.

“Nah proses-proses perubahan ini yang menjadi tantangan buat kami untuk memberikan rekomendasi yang lebih detail lagi nanti kepada publik. Sementara ini yang perlu disampaikan,” ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement