REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wayang dinilai menjadi sarana pembelajaran spiritual bagi manusia. Wayang menghadirkan nilai-nilai luhur yang bermanfaat dalam membentuk kebaikan pada jati diri manusia.
Hal itu disampaikan Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Kemendikbudristek Itje Chodidjah dalam talkshow rangkaian kegiatan memperingati Hari Wayang Nasional 2024 di Aula Pemkab Klaten pada Kamis (7/11/2024).
"Wayang jadi sarana pembelajaran spiritual. Di dalam wayang sarat falsafah luhur tentang kehidupan budaya, sesama manusia, manusia dan alam. Itu semua tercakup dalam dialog wayang," kata Itje dalam kesempatan itu.
Wayang diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada 7 November 2003. UNESCO memberikan gelar Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity kepada wayang. Itje menjelaskan penghargaan itu diberikan kepada wayang bukan kepada pertunjukkannya saja.
"Yang jadi warisan itu bukan benda wujud wayangnya tapi falsafahnya yang membawa kedamaian di bumi. Itu sebabnya wayang dienskripsi karena nilai luhur dalam wayang bukan pertunjukkannya," ujar Itje.
Itje menjelaskan berbagai jenis wayang hanya simbolisme saja. Tapi yang lebih bermakna ialah nilai apa yang ada di balik pertunjukkan wayang.
"Tema wayang selalu soal kebenaran, kearifan, kebijaksanaan dan bagaimana keserakahan, kejahatan selalu jadi tantangan bagi individu manusia," ujar Itje.
Itje menyinggung nilai-nilai dalam wayang ada dalam kehidupan sehari-hari manusia. Bahkan nilai ini mencakup bagaimana manusia dapat menjauh dari keburukan.
"Bahkan yang satria pun tak lepas dari hal itu tapi bedanya kekuatan spiritual agar jauhi sikap buruk itu dalam diri manusia. Disitulah wayang sebagai alat pembelajaran tentang kehidupan," ujar Itje.
Sedangkan KadisBudPoraPar Kabupaten Klaten, Sri Nugroho menjelaskan peringatan Hari Wayang Nasional 2024 digelar di Klaten karena kesenian itu masih lestari di Klaten. Nugroho menyebut setidaknya ada 130 dalang di Klaten. Nugroho menyadari pentingnya pelestarian wayang sebagai ajang penebar nilai kebaikan.
"Tiap wayang ada filosopinya. Ada sengkuni contohnya orang yang adu domba. Jadi di samping hiburan, ada petuah-petuah dalam wayang," ujar Nugroho.
Sementara itu, Direktur Kantor Regional Multisektoral UNESCO di Jakarta, Maki Katsuno-Hayashikawa terkesan dengan geliat wayang di Klaten. Maki mengapresiasi tingginya dedikasi seniman wayang dalam menjaga kelestarian.
"Lewat kunjungan, ini saya jadi tahu bagaimana budaya wayang ini, termasuk bagaimana meneruskannya ke generas muda. Ini jadi bagian penting budaya," ujar Maki.
Diketahui, pada 7 November 2013 UNESCO menetapkan wayang sebagai warisan dunia tak benda. Atas dasar itulah, tiap 7 November diperingati sebagai Hari Wayang Nasional. Adapun penetapan Hari Wayang Nasional melalui Keppres 30 Tahun 2018.