REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Upaya Israel untuk mengalahkan Hizbullah di Lebanon sepertinya bakal gagal. Media pemerintah Israel melaporkan bahwa operasi serangan darat intensif di Lebanon selatan akan segera diakhiri.
Mengutip sumber-sumber militer, Israeli Public Broadcasting Corporation pada Jumat malam melaporkan bahwa setelah satu bulan melakukan serangan darat, militer Israel hampir menyelesaikan tahap intensif di Lebanon selatan. Ribuan tentara aktif dan cadangan juga dilaporkan telah diberi cuti untuk pemulihan.
Kendati demikian, media pelat merah itu juga melaporkan bahwa Israel tetap mempersiapkan pasukan di sepanjang perbatasan Lebanon di tengah wacana soal gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat.
Israel telah mencatat bulan terburuk dalam hal kematian anggota militer tahun ini di tengah berlanjutnya pertempuran sengit di Lebanon selatan dan Gaza utara. Setidaknya 62 tentara telah tewas sejak awal Oktober. Demikian menurut angka resmi.
Besarnya jumlah korban itu menjadikan bulan ini sebagai bulan paling mematikan bagi militer Israel sejak Desember lalu ketika 110 tentara tewas pada puncak perang melawan Hamas di Gaza.
Hal ini juga menandai peningkatan tajam dalam jumlah kematian dibandingkan beberapa bulan terakhir. Hanya sembilan kematian yang dicatat oleh militer Israel pada bulan September, dan total 63 kematian antara bulan Juni dan Agustus.
Dilansir MEE, setidaknya 35 tentara Israel tewas di Lebanon selatan atau di perbatasan Lebanon sejak Israel menginvasi negara tetangganya di utara pada awal bulan ini dalam peningkatan perangnya melawan Hizbullah.
Kelompok militan Lebanon mengatakan mereka telah membunuh lebih dari 90 tentara Israel, meskipun angka tersebut tidak dapat diverifikasi.
Setidaknya 19 tentara juga tewas bulan ini dalam pertempuran yang terus berlanjut dengan Hamas di Gaza. Israel dituduh melakukan kampanye pembersihan dan pemusnahan etnis terhadap warga Palestina yang terjebak di utara wilayah kantong tersebut.
Angka tersebut berdasarkan informasi resmi yang dipublikasikan di situs Kementerian Luar Negeri Israel yang mencantumkan total 780 korban militer termasuk ratusan orang yang tewas dalam serangan pimpinan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan.
Jumlah tersebut mencakup setidaknya 365 tentara yang terdaftar sebagai “korban dalam pertempuran” di Gaza, Lebanon dan Tepi Barat yang diduduki, serta mereka yang tewas dalam serangan roket atau serangan lain di Israel dan lainnya yang tewas dalam kecelakaan di jalan raya.
Sementara itu, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengkritik pendekatan Israel dalam pertemuan dengan komandan UNIFIL, pasukan sementara PBB di Lebanon.
Menurut dia, sinyal diplomatik dari Israel menunjukkan 'sifat keras kepala' dan komitmen mereka untuk terus melakukan agresi.
Israel meningkatkan serangan udara di Lebanon sejak September dengan dalih menumpas kelompok Hizbullah, hampir satu tahun setelah rezim Zionis melancarkan serangan membabi buta di Jalur Gaza, wilayah kantong Palestina.
Israel memperluas konflik di Gaza dengan melancarkan serangan ke Lebanon selatan pada 1 Oktober. Hampir 2.900 orang tewas dan lebih dari 13.000 lainnya terluka oleh pasukan Israel dalam konflik tersebut.