Rabu 30 Oct 2024 16:39 WIB

Israel Dilaporkan Siap Sepakati Gencatan Senjata 30 Hari di Gaza demi Pertukaran Sandera

Israel bersedia membebaskan tawanan Palestina yang ditahan di sejumlah penjaranya.

Warga Palestina memeriksa sisa-sisa bangunan yang hancur pasca serangan udara Israel di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 25 Oktober 2024.
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Warga Palestina memeriksa sisa-sisa bangunan yang hancur pasca serangan udara Israel di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 25 Oktober 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Sebuah media lokal Israel pada Selasa (29/10/2024) menyatakan Israel sedang berupaya mencapai kesepakatan di mana sejumlah kecil sandera Israel yang ditahan di Gaza akan dibebaskan dengan imbalan gencatan senjata selama satu bulan. Dalam pertemuan Ahad dan Senin pekan ini di Doha, Qatar, Direktur Badan Intelijen Mossad Israel, David Barnea, berkonsultasi dengan Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA), William Burns, dan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani untuk memfasilitasi kesepakatan antara Israel dan kelompok Palestina Hamas, menurut harian Yedioth Ahronoth dari Israel.

Surat kabar tersebut menyatakan Barnea mengusulkan pembebasan antara 11 hingga 14 sandera Israel, termasuk semua perempuan dan orang lanjut usia yang tersisa, sebagai imbalan untuk gencatan senjata selama 30 hari. Dalam proposal tersebut, Israel juga akan membebaskan tawanan Palestina yang ditahan di sejumlah penjaranya, dengan jumlah yang tepat untuk dinegosiasikan lebih lanjut.

Baca Juga

Laporan tersebut mengatakan bahwa proposal ini akan segera disampaikan kepada para pemimpin Hamas untuk menilai apakah kelompok tersebut bersedia melanjutkan pembicaraan mengenai “kesepakatan kecil.” Sumber yang akrab dengan situasi ini, yang dikutip oleh surat kabar tersebut, mengatakan bahwa untuk mendorong Hamas menerima kesepakatan yang tidak mencakup penarikan penuh pasukan Israel, Israel diharapkan untuk berkomitmen membebaskan lebih banyak tahanan Palestina daripada yang awalnya direncanakan.

Belum ada konfirmasi resmi dari mediator atau Israel mengenai proposal tersebut. Harian Israel Hayom melaporkan bahwa pejabat dari koalisi pemerintahan sayap kanan menyatakan persetujuan mereka atas proposal tersebut, dengan mengatakan “setiap proposal yang tidak melibatkan pengakhiran perang dapat dibicarakan.”

Channel 12 Israel melaporkan bahwa Israel saat ini sedang mempertimbangkan proposal tersebut, sementara para mediator akan menilai tanggapan Hamas. Meskipun Hamas tidak langsung menanggapi laporan dari Israel, pemimpin Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan dalam konferensi pers pada Selasa bahwa “Hamas telah menanggapi permintaan mediator untuk mengeksplorasi proposal baru terkait gencatan senjata dan pertukaran sandera,” setelah sebelumnya menegaskan untuk melaksanakan kesepakatan yang dicapai dalam negosiasi sebelumnya.

Dia menyatakan bahwa kelompoknya telah mengadakan “beberapa pertemuan terkait isu ini,” serta mencatat bahwa “pertemuan lain akan diadakan dalam konteks yang sama,” tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Abu Zuhri menegaskan kembali keterbukaan Hamas “terhadap setiap kesepakatan atau ide yang akan mengakhiri penderitaan rakyat kami di Gaza, mencapai gencatan senjata penuh, memastikan penarikan penjajah dari seluruh wilayah, mencabut blokade, menyediakan bantuan, dukungan, dan perlindungan bagi rakyat kami, mendukung rekonstruksi, dan memastikan kesepakatan yang serius terkait tahanan.”

Israel memperkirakan bahwa sekitar 101 orang masih ditawan oleh Hamas di Gaza, dengan beberapa diyakini telah tewas akibat serangan udara Israel yang sembarangan di kawasan padat penduduk. Upaya mediasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS), Mesir, dan Qatar sejauh ini belum berhasil mencapai gencatan senjata di Gaza, namun Washington menyatakan bahwa kematian pemimpin Hamas Yahya Sinwar pada 18 Oktober mungkin bisa membuka jalan untuk adanya terobosan dalam pembicaraan.

Namun, Hamas mengatakan bahwa konflik akan berakhir ketika Israel menghentikan kampanye serangan militer di wilayah yang diblokade tersebut, yang telah menyebabkan lebih dari 43.060 orang tewas sejak Oktober lalu.

sumber : Antara, Anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement