Rabu 23 Oct 2024 05:11 WIB

Ini Perbedaan Ideologi Prof Abdul Mu'ti dan Nadiem Soal Pendidikan Menurut Pakar

Abdul Mu'ti dikenal sebagai tokoh yang mampu menjaga tradisi dan modernitas.

Rep: Mgrol153/ Red: A.Syalaby Ichsan
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu
Foto: Republika.co.id
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Usai dilantik sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) pada Senin (21/10/2024), Prof Abdul Mu'ti akan menjadi dirigen sistem pendidikan di Indonesia, khususnya pada level dasar dan menengah.

Pakar pendidikan dari Universitas Ibn Khaldun, Bogor, Dr Rahmatul Husni mengatakan, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah tersebut memiliki latar belakang yang kuat sebagai aktivis di organisasi keislaman. Ideologi yang direpresentasikan Abdul Mu'ti adalah Islam Wasatiyyah sebuah pendekatan yang menekankan moderasi atau jalan tengah dalam Islam.

Baca Juga

Menurut Rahmatul Husni, Abdul Mu'ti telah lama dikenal sebagai tokoh yang mampu menjaga keseimbangan antara tradisi dan modernitas. Islam Wasatiyyah yang diusungnya adalah ideologi yang mendorong integrasi antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan modern. "Beliau mengajarkan bahwa Islam bisa mengadopsi hal-hal baik dari perkembangan global tanpa kehilangan esensinya," ujar Rahmatul.

Hal ini terutama tercermin dalam pandangan Abdul Mu'ti tentang pendidikan, di mana ia mendorong agar siswa tidak hanya dibekali dengan pengetahuan agama yang kuat, tetapi juga keterampilan untuk bersaing di dunia modern. 

Langkah ini dinilai sebagai jawaban terhadap tantangan zaman yang semakin mengglobal. Menurut Rahmatul, Abdul Mu'ti meyakini pendidikan harus mempersiapkan siswa untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan dinamika industri, namun tetap berpegang teguh pada ajaran agama yang kuat. Ini adalah bagian dari upayanya untuk menciptakan generasi yang moderat, cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak mulia.

Dia membandingkan dengan Nadiem Makarim, menteri pendidikan sebelumnya yang lebih banyak dikenal dengan pendekatan meritokrasi dan pragmatis. Nadiem memperkenalkan konsep Merdeka Belajar, yang menekankan fleksibilitas dalam sistem pendidikan dan fokus pada keterampilan praktis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement