Senin 21 Oct 2024 07:40 WIB

Komandan Elite Israel Pembantai Warga Gaza Tewas Dibom Pejuang di Jabalia

Kolonel Ihsan Daqsa adalah komandan keenam yang ditewaskan pejuang.

Kolonel Ehsan Daqsa, komandan Brigade Lapis Baja 401di Jalur Gaza dalam foto yang dikeluarkan pada 20 Oktober 2024
Foto: Dok IDF
Kolonel Ehsan Daqsa, komandan Brigade Lapis Baja 401di Jalur Gaza dalam foto yang dikeluarkan pada 20 Oktober 2024

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Tentara penjajahan Israel (IDF) mengumumkan terbunuhnya komandan Brigade 401, Kolonel Ihsan Daqsa, dan cedera serius pada perwira lainnya dalam pertempuran di Jabalia, utara Jalur Gaza, Ahad (21/10/2024) malam.. Yang terbunuh merupakan salah satu komandan paling penting IDF yang memimpin banyak pengepungan dan pembantaian di Gaza.

Radio Tentara Israel mengatakan bahwa Kolonel Daqsa didampingi oleh tiga perwira lainnya di dua tank di dalam Jabalia di zona pertempuran, menambahkan bahwa dia dan petugas meninggalkan tank untuk jarak 20 meter, dan ketika mereka bergerak, sebuah bom yang dipasang pejuang Palestina meledak di sekitar mereka.

Baca Juga

Media itu menambahkan bahwa insiden tersebut menewaskan Kolonel Daqsa dan melukai tiga perwira, termasuk wakil komandan Divisi 162 dan komandan Batalyon 52, mencatat bahwa Kolonel Daqsa termasuk di antara enam komandan, empat diantaranya kolonel, yang tewas sejak awal perang di Jalur Gaza.

Media Israel memberitakan bahwa komandan Divisi 162 tentara Israel memutuskan untuk menunjuk Letnan Kolonel Meir Biederman sebagai komandan Brigade 401. Letnan Kolonel Daniel Ella juga dipanggil untuk menggantikan komandan Brigade ke-52, yang terluka parah dalam pertempuran di lingkungan Tel al-Sultan di kota Rafah di selatan Jalur Gaza beberapa bulan lalu, untuk menggantikannya sementara.

Menurut pakar militer dan keamanan Osama Khaled, dalam pernyataannya kepada Aljazirah Arabia, Kolonel Daqsa dianggap sebagai tokoh militer Israel paling penting yang dibunuh sejak awal Intifadah Al-Aqsa karena beberapa alasan. Utamanya karena ia adalah perwira berpangkat tinggi dan memimpin Brigade Lapis Baja ke-401, yang merupakan bagian dari Divisi 162 Komando Selatan, brigade lapis baja elit terpenting dalam tentara pendudukan dan dikenal sebagai “Steel Heels” alias “Tumit Baja”.

"Steel Heels" adalah salah satu dari tiga brigade yang membentuk Korps Lapis Baja Israel, dan berafiliasi dengan Divisi Lapis Baja ke-162, dan mewakili prioritas terkuatnya, dan berada di bawah pengelolaan Komando Selatan. Ini adalah salah satu divisi militer paling menonjol yang diandalkan oleh tentara pendudukan dalam pertempuran lapangan karena kepemilikan baju besi dan keunggulan dalam kekuatan dan kemampuan untuk bergerak. 

Pakar tersebut menambahkan bahwa Kolonel Daqsa memimpin semua operasi ofensif di Jalur Gaza di Rumah Sakit Al-Shifa, lingkungan Al-Zeitoun, Beit Hanoun, Jabalia dan Rafah. Pengepungan-pengepungan dan serangan ini menimbulkan banyak korban warga Palestina. Dalam pengepungan di RS al-Shifa pada November 2023 misalnya, sedikitnya 170 warga Palestina syahid.

Dalam kampanye militer terbaru melawan Jabalia, Daqsa termasuk di antara mereka yang memimpin apa yang disebut “Rencana Jenderal”, yang bertujuan untuk mengubah wilayah tersebut menjadi zona militer tertutup. Artinya, warga sipil akan terpaksa meninggalkan rumah mereka karena tentara yang berada di darat atau menghadapi kelaparan dan kematian. Daqsa juga berfoto bersama warga sipil Palestina, saat ia mengawasi pelaksanaan pembersihan etnis di Jabalia.

 

Osama Khaled mengatakan, Daksa berpartisipasi dalam "pemusnahan manusia dan bangunan dan dapat digambarkan sebagai Hulagu. " Hulagu Khan merujuk pada komandan pasukan Mongol yang terkenal kejam dan kerap melakukan pembantaian masal di kota-kota yang diduduki.

Menurut pakar militer tersebut, kolonel Israel menjadi sasaran langsung di tengah pertempuran, yang merupakan pencapaian operasional Brigade Izzuddin al-Qassam di utara Gaza. Dia menganggap pembunuhan kolonel tersebut sebagai bukti kemampuan Brigade al-Qassam untuk mengendalikan pasukan di lapangan dan memilih sasaran sensitif dan tokoh kepemimpinan bermusuhan yang memiliki pengaruh di tentara pendudukan. 

Menurut pakar tersebut, peristiwa “keamanan serius” ini belum berakhir, karena ada banyak perwira tinggi lain yang tewas. Hal ini karena belakangan pejuang Palestina menyasar pertemuan kepemimpinan yang dikenal sebagai “pengintaian komandan.” 

Krisis komandan IDF...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement