Jumat 18 Oct 2024 09:11 WIB

UNRWA Ungkap Kebohongan Media Israel, Disebut Mati Bersama Sinwar Ternyata Staf PBB Hidup

Pejabat Israel mengonfirmasi bahwa Yahya Sinwar terlah terbunuh.

Rep: Antara/Teguh/ Red: Teguh Firmansyah
Detik detik pembunuhan Yahya Sinwar versi Israel.
Foto: Tangkapan Layar/the Guardian
Detik detik pembunuhan Yahya Sinwar versi Israel.

REPUBLIKA.CO.ID,  ISTANBUL -- Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada Kamis (17/10) membantah klaim yang beredar di Israel dan media sosial bahwa seorang anggota staf badan tersebut meninggal bersama pemimpin Hamas di Jalur Gaza.

Laporan tersebut dikecam sebagai bagian dari kampanye disinformasi untuk merusak citra badan tersebut dan para personelnya.

Baca Juga

"Sekali lagi, informasi yang tidak diverifikasi digunakan untuk mendiskreditkan UNRWA dan stafnya," kata Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, dalam sebuah pernyataan di X.

Lazzarini mengungkap bahwa anggota staf yang disebutkan dalam laporan itu masih hidup dan saat ini tinggal di Mesir. "Sejak pagi tadi, laporan beredar di media sosial dan media Israel bahwa seorang anggota staf UNRWA terbunuh bersama pemimpin Hamas di Gaza," katanya.

"Saya mengonfirmasi bahwa anggota staf yang dimaksud masih hidup. Dia saat ini tinggal di Mesir, tempat dia menuju bersama keluarganya pada bulan April melalui perbatasan Rafah," tambahnya.

Lazzarini menekankan pentingnya menghentikan penyebaran informasi palsu oleh Israel.

Sebelumnya pada Kamis, tentara Israel mengeklaim telah membunuh kepala politik Hamas, Yahya Sinwar, dalam sebuah operasi militer di Gaza. Juru bicara tentara, Avichae Adree, mengonfirmasi meninggalnya Sinwar dalam sebuah pernyataan di X.

Militer Israel mengakui bahwa tidak ada tanda-tanda keberadaan sandera di area yang diduga menjadi tempat Sinwar menghembuskan nafas terakhir.

Sinwar dipilih sebagai kepala politik Hamas pada Agustus, menggantikan Ismail Haniyeh, yang gugur di ibu kota Iran, Teheran, setelah ia menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran pada 31 Juli.

Israel terus melancarkan serangan brutal di Gaza pascaserangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Lebih dari 42.400 orang telah tewas, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 99.100 orang terluka. Demikian menurut otoritas kesehatan setempat.

Serangan Israel telah membuat hampir seluruh penduduk Jalur Gaza mengungsi di tengah blokade yang sedang berlangsung, yang menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Israel menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza. 

Keinginan Syahid Sinwar (Halaman selanjutnya)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement