Kamis 03 Oct 2024 07:08 WIB

Jaga Keamanan, Detail Evakuasi WNI dari Lebanon Belum Bisa Dibocorkan

Perseteruan Hizbullah dan Israel kian memanas.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Warga Lebanon dan Palestina memegang potret pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah, dalam unjuk rasa di kota pelabuhan selatan Sidon, Lebanon, Sabtu, 28 September 2024.
Foto: AP Photo/Mohammed Zaatari
Warga Lebanon dan Palestina memegang potret pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah, dalam unjuk rasa di kota pelabuhan selatan Sidon, Lebanon, Sabtu, 28 September 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI saat ini sedang berupaya mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Lebanon menyusul terjadinya eskalasi konfrontasi antara kelompok Hizbullah dan militer Israel. Namun demi alasan keamanan, Kemlu RI belum bisa memberikan informasi mendetail terkait proses evakuasi tersebut. 

"Mengingat proses evakuasi masih berlangsung dan perlu dijaga aspek safety and security-nya, maka terdapat keperluan bahwa detail tentang ini belum bisa disampaikan terbuka," kata Juru Bicara Kemlu RI Roy Soemirat dalam keterangan tertulis pada Rabu (2/10/2024) malam. 

 

Dia menambahkan, berbagai perkembangan terkait proses evakuasi WNI dari Lebanon akan disampaikan pada waktunya. Sebelumnya Roy Soemirat menyampaikan bahwa Indonesia sangat mengkhawatirkan perkembangan terbaru yang saat ini terjadi di kawasan Timur Tengah. Indonesia mendesak seluruh pihak untuk dapat menahan diri.

 

"Keselamatan WNI juga terus menjadi perhatian utama Pemerintah RI. Terkait hal ini, proses evakuasi WNI dari Lebanon juga sedang berlangsung," ungkap Roy dalam keterangan tertulisnya, Rabu pagi. 

 

Dia menambahkan, seluruh kedutaan besar RI di kawasan Timur Tengah terus menjalin koordinasi. Mereka juga melakukan komunikasi dengan seluruh WNI di wilayahnya masing-masing. "Sebagaimana disampaikan oleh Sekjen PBB, Indonesia sangat khawatir bahwa potensi perang dengan skala yang lebih besar dapat terjadi," ucap Roy.

 

"Indonesia kembali tekankan pentingnya Dewan Keamanan PBB untuk segera melakukan pertemuan khusus guna membahas perkembangan terkini di Timur Tengah dan mengambil keputusan yang dapat segera menurunkan ketegangan di kawasan," tambah Roy. 

 

Kelompok Hizbullah dan Israel sudah terlibat konfrontasi secara sporadis di wilayah perbatasan Israel-Lebanon sejak pecahnya perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. Hizbullah mendukung perlawanan yang dilakukan Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya di Gaza. Saat ini konfrontasi antara Hizbullah dan Israel kian meruncing. Hal itu dimulai pasca Israel meluncurkan serangan udara berskala besar ke Lebanon pada 23 September 2024 lalu yang membunuh lebih dari 500 orang. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement