REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran tidak akan mengirim pasukan ke Lebanon atau Gaza untuk menghadapi Israel. Demikian disampaikan Kementerian Luar Negeri di Teheran pada Senin (1/10/2024). Pernyataan itu muncul di tengah intensifnya serangan Israel terhadap kelompok militan Hizbullah yang berbasis di Lebanon dan Houthi di Yaman.
Teheran mengaku tidak menginginkan perang, namun tidak takut dan mendukung Timur Tengah yang aman dan stabil.
“Tidak perlu mengirimkan pasukan tambahan atau sukarelawan Republik Islam Iran,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kanaani pada konferensi pers mingguan.
Lebanon dan para pejuang di wilayah Palestina, kata ia, memiliki kemampuan dan kekuatan untuk mempertahankan diri melawan agresi.
Selama pekan minggu terakhir, Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran yang menargetkan Hizbullah di Lebanon dan kelompok militan lainnya di wilayah tersebut, termasuk di Suriah, Yaman, dan Irak.
Serangan Israel telah menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik tersebut dapat melanda seluruh Timur Tengah dan melibatkan Iran dan Amerika Serikat, sekutu utama Israel.
“Kami belum menerima permintaan apa pun terkait hal ini dari pihak mana pun, sebaliknya kami sudah diberitahu dan yakin bahwa mereka tidak membutuhkan bantuan pasukan kami,” kata Kanaani kepada wartawan.
Meski begitu, ia berjanji bahwa Israel “tidak akan dibiarkan tanpa teguran dan hukuman atas kejahatan yang dilakukannya terhadap rakyat Iran, personel militer, dan kekuatan perlawanan.”
Selama sepekan terakhir, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) secara signifikan meningkatkan serangan udara di Lebanon.
Eskalasi ini juga memicu eksodus massal dari daerah-daerah yang paling terkena dampak pemboman Israel.
Militer Israel juga melakukan serangkaian serangan terhadap komandan senior Hizbullah, menewaskan sebagian besar dari mereka, termasuk pemimpin kelompok tersebut Hassan Nasrallah.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengunjungi kantor Hizbullah di Teheran pada hari Senin untuk memberikan penghormatan kepada Nasrallah.