REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Israel telah memulai serangan terbatas terhadap Hizbullah di Lebanon selatan. Demikian disampaikan militer Israel dalam sebuah pernyataan seperti dilansir the Guardian, Selasa.
"IDF beberapa jam lalu telah memulai operasi darat yang ditargetkan dan dibatasi di Lebanon selatan terhadap sasaran infrastruktur Hizbullah,” kata pejabat itu.
IDF mengatakan bahwa sasarannya adalah desa-desa dekat perbatasan yang merupakan ancaman langsung bagi komunitas Israel di bagian utara negara itu.
Pernyataan tersebut menyusul pernyataan serupa dari AS sebelumnya. Pejabat Gedung Putih menyatakan bahwa pasukan Israel tampaknya telah melancarkan “operasi darat terbatas” yang menargetkan Hizbullah.
Penembakan besar-besaran ke Lebanon terjadi di sepanjang perbatasan di wilayah utara Kiryat Shimona. Kota Marjayoun, Wazzani dan Khiam ditembaki pada Senin malam.
Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem mengatakan, kelompoknya siap menghadapi invasi darat Israel. Hal itu disampaikan saat Israel masih terus membombardir Lebanon dengan serangan darat, yang juga sudah membunuh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.
"Kami cukup siap, jika Israel menginginkan serangan darat. Pasukan perlawanan (Hizbullah) siap untuk itu," kata Qassem dalam pidato publiknya, Senin (30/9/2024), dikutip laman Aljazirah.
Dia menekankan, Israel sudah melakukan pembantaian lewat serangan-serangan udaranya. "Israel melakukan pembantaian di semua wilayah Lebanon hingga tidak ada rumah yang tersisa tanpa jejak agresi Israel di dalamnya," ucapnya.
"Israel menyerang warga sipil, ambulans, anak-anak, dan orang tua. Israel tidak memerangi pejuang (Hizbullah), tapi justru melakukan pembantaian," tambah Qassem.
Qassem mengungkapkan, menyusul terbunuhnya Hassan Nasrallah, Hizbullah akan segera memilih pemimpin baru. Setelah itu, Hizbullah bakal melanjutkan perjuangannya melawan Israel, termasuk mendukung kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza.
"Kami tahu bahwa pertempuran mungkin akan berlangsung lama. Kami akan menang, sebagaimana kami menang dalam konfrontasi kami dengan Israel pada 2006," ujar Qassem.
Hizbullah dan Israel sudah terlibat konfrontasi secara sporadis di wilayah perbatasan Israel-Lebanon sejak pecahnya perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. Hizbullah mendukung perlawanan yang dilakukan Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya di Gaza.
Pada 23 September 2024 lalu, Israel melancarkan serangan udara terbesarnya ke wilayah selatan Lebanon. Serangan tersebut membunuh lebih dari 500 orang, termasuk setidaknya 50 anak-anak. Sejak saat itu, Israel terus meluncurkan serangan udara ke Lebanon. Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah turut menjadi korban dan syahid.