Senin 09 Sep 2024 15:31 WIB

Jumlah Pemuda Kian Menyusut, Ukraina akan Kian Kewalahan Lawan Rusia?

Jumlah pemuda Ukraina tak cukup untuk memenuhi tuntutan medan perang.

 Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat berkunjung ke tempat pelatihan militer untuk mempelajari pelatihan tentara Ukraina tentang sistem rudal pertahanan udara Patriot di Jerman, 11 Juni 2024.
Foto: EPA-EFE/JENS BUETTNER / POOL
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat berkunjung ke tempat pelatihan militer untuk mempelajari pelatihan tentara Ukraina tentang sistem rudal pertahanan udara Patriot di Jerman, 11 Juni 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ukraina menghadapi krisis demografi menyusul perang yang terus berlanjut. Jumlah pemuda tidak cukup untuk memenuhi tuntutan medan perang dan tenaga kerja.

Populasi Ukraina mengalami penurunan karena migrasi, angka kelahiran yang rendah, dan konflik yang terus merenggut lebih banyak nyawa.

Baca Juga

Sebelum perang, populasinya sekitar 45 juta. Sekarang, diperkirakan telah turun sekitar 10 juta.

Seperti dilansir Channel News Asia, Demografi yang paling terancam adalah pemuda berusia di bawah 30 tahun, yang merupakan kelompok populasi terkecil di negara tersebut.

Mereka lahir selama keruntuhan ekonomi Uni Soviet, dan perang yang sedang berlangsung dapat semakin memperkecil generasi mereka.

Saat ini, kurang dari 5 juta pria berusia di bawah 30 tahun. Sebelum invasi skala penuh oleh Rusia pada tahun 2022, angkanya sekitar 6 juta.

Kini lebih banyak pria – dan lebih muda – yang dipanggil untuk bertempur. Pada bulan April, undang-undang baru disahkan untuk menurunkan usia wajib militer dari 27 menjadi 25 tahun.

Sementara itu, beberapa pria yang belum mencapai usia wajib militer telah mengajukan diri untuk membantu membela negara mereka.

“Saya menghabiskan banyak waktu untuk mempersiapkan diri, baik secara mental maupun fisik, dan saya harus membujuk ibu saya sebelum datang ke sini,” kata seorang mantan penambang batu bara berusia 20 tahun yang dikenal sebagai Nikita.

Untuk memperluas jumlah wajib militer lebih jauh, undang-undang baru sekarang mengizinkan beberapa narapidana untuk bergabung dalam pertempuran, tergantung pada beratnya kejahatan mereka.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement