Ahad 01 Sep 2024 15:51 WIB

Jeratan UU Terorisme Menanti Aktivis Pro Palestina di Inggris dan Meluasnya Perang Gaza

Akvitis pro Palestina dijerat dengan UU Terorisme Tahun 2000

Pengunjuk rasa pro-Palestina mengangkat spanduk, bendera, dan plakat saat demonstrasi di London, Sabtu, (3/2/2024)
Foto:

Elbit memasok 85 persen drone militer Israel dan peralatan darat. Perusahaan ini juga mengekspor drone, komponen pesawat terbang, elektronik, dan sistem militer lainnya ke Inggris.

Sementara itu, Sebuah kajian yang dipublikasikan jurnal medis Inggris, The Lancet PADA awal Juli 2024 lalu, mengindikasikan bahwa jumlah kematian di Gaza, jauh lebih rendah dari angka sebenarnya.

Menurut kajian itu, jumlah korban gugur sebenarnya akibat agresi Israel ke Jalur Gaza bisa melampaui 186 ribu orang atau sekitar 8 persen dari seluruh populasi Gaza.

Hingga kini, jumlah kematian resmi sebagaimana dicatat otoritas kesehatan Gaza ada pada angka 40 ribu orang lebih.

Jumlah korban tewas lain sebagaimana disimpulkan kajian tersebut mencakup ribuan orang yang diduga masih tertimbun reruntuhan bangunan dan ribuan lainnya yang meninggal akibat dampak sekunder konflik, seperti malnutrisi, terkena penyakit, dan kurangnya penanganan medis.

"Jumlah korban gugur yang dilaporkan kemungkinan lebih rendah (dari jumlah sebenarnya). Lembaga Airwars melakukan penilaian rinci terhadap insiden-insiden di Jalur Gaza dan mendapati tidak semua nama korban yang teridentifikasi ada dalam daftar (korban tewas) otoritas setempat," demikian menurut kajian The Lancet.

"Terlebih, PBB memperkirakan bahwa hingga 29 Februari 2024, 35 persen bangunan di Jalur Gaza telah hancur, sehingga kemungkinan jumlah jenazah yang masih tertimbun di reruntuhan bangunan yang hancur cukup besar dan diperkirakan melampaui angka 10 ribu," demikian tertulis dalam kajian itu.

Selain itu, 14 ribu bom dengan berat masing-masing 907 kg yang dipasok Amerika Serikat untuk Israel juga menyebabkan jumlah korban tewas sangat tinggi.

Bom tersebut, selain membunuh secara langsung, juga menghancurkan infrastruktur di Jalur Gaza, sehingga memperburuk situasi krisis yang menyebabkan korban tewas terus bertambah.

Hancurnya fasilitas kesehatan, jaringan distribusi makanan, dan sistem sanitasi membuat warga Gaza yang masih bertahan terpaksa hidup dalam kondisi yang amat memprihatinkan.

"Jumlah korban tewas diperkirakan besar karena intensitas konflik, hancurnya sistem kesehatan, kelangkaan makanan, air bersih, dan tempat tinggal, ketidakmampuan warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman dan hilangnya pendanaan ke UNRWA," demikian bunyi kajian yang dirilis The Lancet.

Kajian itu juga menyoroti kehancuran masif di Gaza kian mempersulit upaya menghimpun data korban tewas secara akurat.

Di lokasi terpisah..

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement