Sabtu 31 Aug 2024 00:04 WIB

Ini Kenapa Anies Pakai Latar Pangeran Diponegoro Saat Urai Gagasan Politik Menurut Analis

Penggunaan latar Pangeran Diponegoro dianggap sebagai sebuah simbol perjuangan.

Tangkapan layar video pernyataan politik Anies Baswedan.
Foto:

Simbol tongkat itu dianggap memperkuat akan posisi seseorang. "Kalau mitos itu dipercayai, seharusnya bukan Anies, tapi orang yang mengantarkan tongkat pusaka Pangeran Diponegoro ke Jakarta," katanya.

Priyantono mengungkapkan, dalam sebuah kisah, tombak Pangeran Diponegoro patah saat harus terjun ke jurang ketika dikejar Belanda. "Tombak patah tiga itu kata Yamin melambangkan hilangnya kekuasaan Diponegoro, berakhirnya perjuangan Diponegoro. Apakah tongkat digambar di rumah anies juga tombak Diponegoro yg patah itu?," kata ia yang bertanya-tanya.

Anies Baswedan saat memberikan keterangan pers merasa menyesal karena gagal menjadi kontestan dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Anies mengklaim kekecewaan itu muncul karena suara rakyat yang dititipkan kepadanya batal tersalurkan.

"Ada penyesalan itu. Apa yang saya sesali? Yang saya sesali adalah aspirasi warga kampung kampung miskin kota, rakyat miskin kota yang berdatangan ke rumah ini menyampaikan keinginan untuk mengembalikan kondisi seperti 1,5 tahun terakhir," kata Anies saat memberikan keterangan di akun Youtube pribadinya pada Jumat (30/8/2024).

Anies mengklaim banyak masyarakat yang datang ke rumahnya pasca Pilpres 2024. Mereka disebut Anies datang guna berkeluh kelas atas kondisi hidupnya. Anies merasa mendapat amanah untuk membantu mereka dengan ikut Pilkada 2024.

 

Mitos cakra Diponegoro

Mantan Gubernur DKI Anies Baswedan merupakan salah satu orang yang telah memegang tongkat pemegang tongkat Diponegoro.

Bahkan dulu sempat muncul kabar bahwa Anies telah menelikung Presiden Jokowi karena ia memegang cakra atau tongkat komando Pangeran Diponegoro terlebih dahulu saat diserahkan oleh Belanda.

Namun Anies membantah telah menelikung Jokowi. Ia juga baru tahu seputar mitos itu. "Saya tidak menelikung presiden," ujar Anies dalam program Kick Andy 'Dosa-Dosa Anies' yang digelar di Metro TV dan diungga di akun Youtube, Senin (21/6/2023).

Anies pun menceritakan duduk perkara dari cakra Diponegoro ini. Menurut Anies, saat itu, ia bertugas sebagai menteri di Kemendikbud. Dari pihak Kedutaan Belanda datang dan menyampaikan bahwa cakra Pangeran Diponegoro akan dikembalikan.

"Ini eks top secret tidak bisa diketahui kapan waktunya, semua dijaga confendential karena nilai barang ini priceless tak ternilai harganya karena banyak orang yang memburu," kata Anies.

Mendapat informasi itu, Anies lantas melaporkan langsung ke presiden bahwa ada pengembalian barang berharga itu. Selanjutnya, untuk pengembalian diatur di dalam sebuah acara di galeri nasional. "Bersamaan dengan Pameran Raden Saleh atau Diponegoro, saya lupa, cover-nya itu ada even," kata Anies.

Presiden pun sejatinya dijadwalkan hadir di acara galeri nasional tersebut. Namun presiden ternyata ada jadwal ke Filipina sehingga kegiatan yang seharusnya dihadiri presiden diwakilkan kepada Mendikbud.

"Saya menerima cakra. Saya seizin presiden, Saya tidak menelikung presiden, dan itu biasa. Ketika presiden tak hadiri, pejabat releven hadir di situ," kata Anies.

Karena itu, ia pun merasa menghormati dan menghargai keputusan Presiden tidak memperpanjang masa jabatan sebagai Mendikbud. Justru di balik itu semua, lanjut Anies, ada hikmah besar mendapat amanat sebagai gubernur DKI Jakarta. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement