REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Badan intelijen dalam negeri Israel, Shin Bet, baru-baru ini memperingatkan pemerintahan Netanyahu bahwa aktivitas teroris Yahudi, yang telah berubah menjadi 'aktivitas bergerak luas dan terbuka'. Teroris Yahudi ini, menurut Shin Bet, menimbulkan ancaman yang jelas dan nyata terhadap keberadaan jangka panjang Israel di Timur Tengah.
Dilansir dari laman TRT, Kepala Shin Bet Ronen Bar memberikan gambaran suram atas aktivitas kekerasan baru-baru ini yang dilakukan kelompok militan Yahudi di wilayah pendudukan. Sebagian besar terkait dengan gerakan rasis Kahanis Israel yang bertujuan untuk memaksa semua warga Palestina keluar dari tanah air mereka.
Peringatan Shin Bet, yang baru-baru ini bocor ke pers Israel pekan lalu, muncul di tengah perang brutal Israel yang telah menewaskan lebih dari 40 ribu orang di Gaza. Serangan Israel membuat ratusan ribu orang mengungsi dari rumah mereka yang hancur.
Hanya beberapa hari sebelum peringatan tersebut, Menteri Keamanan Nasional ultra-nasionalis Israel Itamar Ben-Gvir – pemimpin partai Otzma Yehudit (Kekuatan Yahudi) yang pro-Kahanis – muncul di kompleks Masjid Al-Aqsa, situs tersuci ketiga bagi umat Islam.
Otzma Yehudit adalah bagian dari koalisi Netanyahu, pemerintahan paling sayap kanan dan ekstremis di Israel hingga saat ini.
Tepat setelah kunjungan Ben-Gvir, serangan pemukim ilegal meningkat di wilayah pendudukan. Dalam satu insiden yang sangat kejam di desa Jit, Palestina, para pemukim menyerang dan membakar properti warga Palestina sementara polisi Israel – yang beroperasi di bawah komando Ben-Gvir – hanya diam saja.
“Beberapa orang akan mengatakan kegiatan ini merupakan implementasi ideologi Rabbi Kahane yang dipadukan dengan substruktur 'Pemberontakan' yang terinspirasi oleh Rabbi Ginsburgh. Keduanya mengatakan lebih mudah menghancurkan tatanan sosial (Palestina) yang ada daripada memperbaikinya,” tulis Bar dalam suratnya kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, merujuk pada serangan rasis Yahudi di Tepi Barat.