Kamis 15 Aug 2024 01:26 WIB

Pangeran MBS Takut Dibunuh Seperti Anwar Sadat karena Upayakan Normalisasi dengan Israel

Pangeran MBS itu diungkapkannya kepada anggota Kongres AS.

Pangeran Mohammed bin Salman.
Foto:

 

Pada Januari, Sputnik dilansir Antara, melaporkan bahwa Arab Saudi telah melanjutkan negosiasi dengan Amerika Serikat mengenai kesepakatan pertahanan setelah jeda selama tiga bulan karena eskalasi yang terjadi baru-baru ini di Timur Tengah. Amerika Serikat telah meluncurkan proses normalisasi hubungan antara Israel dan dunia Arab pada 2020.

Sebagai hasil dari upaya ini, pada September 2020, Israel, Uni Emirat Arab, dan Bahrain menandatangani serangkaian dokumen yang dikenal sebagai Abraham Accords (Perjanjian Abraham). Maroko turut menandatanganinya pada Desember tahun yang sama.

Pada Januari 2021, Sudan juga menandatangani bagian deklaratif dari Perjanjian tersebut, tetapi tidak menandatangani dokumen terkait dengan Israel seperti negara lainnya karena perbedaan pendapat antara kepemimpinan militer dan sipil Sudan mengenai masalah tersebut. Pada awal Agustus 2023, Washington dan Riyadh menyepakati garis besar kesepakatan untuk menormalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel.

Adapun, Pemerintah Indonesia sudah berulang kali menegaskan tidak akan menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Meskipun menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, tekanan beberapa pihak untuk melakukan normalisasi hubungan diplomatik tersebut selalu muncul dari waktu ke waktu.

"Oh enggak, dari waktu ke waktu selalu ada pihak-pihak yang mengatakan sudah waktunya Indonesia melakukan normalisasi. Buat kita posisi kita jelas seperti yang saya sampaikan," jelas Menlu Retno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (16/4/2024).

Meski demikian, Retno menilai tekanan untuk menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel itu menjadi hal yang biasa di dunia internasional. Namun ia menegaskan bahwa posisi Indonesia saat ini tidak akan melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel.

"Banyak banget lah, itu biasa di dalam dunia internasional, harapan dan tekanan. Tapi sejauh ini posisi kita tetap no," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement