Rabu 14 Aug 2024 07:03 WIB

Ditinggal Ambil Akte Kelahiran, Ayah di Gaza Temukan Anak Kembarnya Telah Syahid

Bayi kembar yang lahir pada 10 Agustus itu wafat bersama ibunya.

Warga Palestina berduka atas jenazah kerabatnya yang tewas dalam serangan udara Israel, di kamar mayat Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al Balah, Jalur Gaza, Senin, 10 Juni 2024.
Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi
Warga Palestina berduka atas jenazah kerabatnya yang tewas dalam serangan udara Israel, di kamar mayat Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al Balah, Jalur Gaza, Senin, 10 Juni 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Bayi kembar Palestina yang baru lahir, wafat dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza tengah pada Selasa 13/8/2024) saat ayah mereka pergi untuk mengambil akta kelahiran.

Dua bayi tersebut lahir pada Sabtu (10/8) di kota Deir al-Balah, namun serangan Israel ke apartemen mereka menghancurkan kebahagiaan keluarga yang baru saja menyaksikan kelahiran bayi kembar tersebut.

Baca Juga

"Saya baru saja mendapatkan akta kelahiran untuk bayi kembar saya, Aysel dan Asser," kata ayah mereka, Mohammad Abu al-Qumsan, kepada Anadolu sambil meneteskan air mata.

"Mereka lahir pada tanggal 10 Agustus. Saya sedang berada di luar rumah, menyelesaikan urusan administrasi dan kemudian saya mendapat telepon... Saya tidak menyangka akan menemukan mereka semua telah tiada."

Mohammad dan istrinya, Jumana Arafa, yang telah mengungsi dari Gaza utara, menyambut kelahiran bayi kembar mereka setelah melalui proses persalinan sesar yang menantang. Hati mereka dipenuhi dengan kegembiraan dan pasangan itu menantikan masa depan bersama dua anak kecil mereka.

Saat dia bergegas keluar pada Selasa pagi untuk mengambil akta kelahiran anak-anaknya, dia menerima panggilan telepon yang menghancurkan hatinya, yang memberitahukan bahwa penyerang Israel telah menargetkan apartemen tempat keluarganya tinggal.

Dengan hati yang berdebar dan rasa takut yang mendalam, Mohammad bergegas ke Rumah Sakit Al-Aqsa Martyrs di Deir al-Balah, dimana dia menemukan kenyataan terburuknya telah terkonfirmasi.

Tersungkur dalam kesedihan saat melihat keluarganya berkumpul di luar kamar mayat, sang ayah menyadari bahwa istrinya dan bayi kembar mereka termasuk di antara para korban.

"Aysel dan Asser adalah awal dan akhir dari kebahagiaan saya. Kebahagiaan saya tidak lengkap, dan sekarang semuanya hilang," kata sang ayah yang berduka.

Di seberang ruangan, saudara laki-laki Jumana meratapi ibunya, Rim Jamal al-Batraoui (50), yang juga tewas dalam serangan tersebut. Saat dia memeluk jasad ibunya dan memandang saudara perempuannya serta anak-anaknya, dia dengan berlinang air mata bertanya, "Apa dosa mereka? Mengapa tentara Israel menargetkan mereka?"

Serangan tersebut adalah bagian dari serangan Israel yang terus berlangsung di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 40.000 orang sejak 7 Oktober 2023.

Pembunuhan bayi kembar yang baru lahir tersebut adalah salah satu dari banyak tragedi yang terjadi di tengah perang Israel, meninggalkan keluarga seperti keluarga Mohammad dengan hanya kenangan tentang orang-orang terkasih mereka hilang.

Melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang berlanjut di Gaza sejak serangan pada bulan Oktober oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

Lebih dari sepuluh bulan sejak perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza sudah menjadi reruntuhan di tengah blokade makanan, air bersih dan obat-obatan yang melumpuhkan.

Israel dituduh melakukan genosida di Pengadilan Internasional, yang memerintahkannya untuk segera menghentikan operasi militer di kota selatan Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina berlindung dari perang sebelum kota itu diserbu pada tanggal 6 Mei. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement