Selasa 13 Aug 2024 07:54 WIB

Kritikan An Se-young dan Tugas Berat Komjen Fadil Imran di PBSI

An Se-young mengkritik manajemen Asosiasi Bulu Tangkis Korsel setelah meraih emas

An Se-young (tengah) menerima emas Olimpiade Paris 2024 dari nomor tunggal putri bulu tangkis. Wakil Indonesia Gregoria Mariska Tunjung (kanan) meraih perunggu, sementara He Bing Jiao (China) mendapatkan perak.
Foto:

Fadil menargetkan emas Olimpiade 2028 dalam sambutannya setelah terpilih. Ia mengajak semua pihak bekerja sama bahu membahu mengangkat kembali bulu tangkis Indonesia.

Menurut saya, yang pertama harus dilakukan Fadil adalah membuat peta jalan sekaligus melakukan identifikasi masalah dari kegagalan sebelumnya. Jika selama ini aspek mental yang dinilai jadi kelemahan terbesar, tetapkan seberapa besar persentasi mental ini berpengaruh menghalangi kesuksesan atlet-atlet Pelatnas dan fokus membenahi itu.

Datangkan sosok-sosok yang secara rekam jejak punya kemampuan untuk menyelesaikan psychological barrier ini dan beri keleluasaan penuh mereka untuk menjalankan tugasnya. Jangan ada intervensi di sana sini demi hasil maksimal yang diinginkan.

Kemudian, lakukan audit SDM. Pilih sosok-sosok kompeten yang dapat mendukung tugas organisasi dalam meningkatkan kamampuan atlet kita. Bisa dari sisi kepelatihan, medis, psikolog, atau bahkan misalnya hal yang mungkin dianggap remeh seperti penyediaan catering untuk atlet. Sekiranya personel-personel di kepungurusan sebelumnya dinilai masih mumpuni, silakan saja dipertahankan.

Jika perlu terobosan baru, semisal memberikan keleluasaan bagi atlet andalan di Pelatnas Cipayung menggunakan pelatih pribadi, boleh saja diterapkan. Pelatih pribadi atlet ini bisa berkoordinasi dengan para pelatih di Pelatnas Cipayung. 

Berikutnya, tetapkan parameter untuk menilai semua berjalan on the track. Andai harus mengorbankan sejumlah turnamen demi hasil maksimal di turnamen tertentu yang jadi bidikan, sampaikan ke publik agar tak jadi sasaran kritikan.

Olimpiade jadi puncaknya, tapi dalam perjalannya ada turnamen-turnamen bergengsi yang "wajib" dimenangkan atau setidaknya PBSI menunjukkan kemauan kuat untuk menjadi pemenang. Misalnya Piala Sudirman tahun depan, kemudian Piala Thomas-Uber, dan Asian Games. Ada juga turnamen-turnamen papan atas tahunan BWF semisal Indonesia Open dan All England.

Saya berharap, jangan lagi faktor mental jadi kambing hitam. Padahal sebenarnya mungkin fisik atlet yang kurang mumpuni atau pelatih yang tak maksimal memberikan metode latihan tepat dan instruksi di sisi lapangan. Jangan lagi menyatakan akan melakukan evaluasi, tapi tak ada pergerakan serius membenahi kekurangan dari kegagalan sebelumnya. Itu seperti kata pepatah: buruk muka, cermin dibelah.

Benar, butuh kerja sama banyak pihak untuk ini, seperti yang dikatakan Fadil dalam sambutannya. Butuh uang yang besar juga untuk mewujudkannya. Tapi saya percaya banyak pihak yang siap mendukung PBSI.

Kita semua berharap Komjen Fadil Imran bisa memimpin PBSI menuju kejayaan tersebut. Selamat bertugas Pak Fadil!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement