REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Desainer atau perancang Istana Garuda Ibu Kota Nusantara (IKN), Nyoman Nuarta mengaku tak mempermasalahkan kritikan yang datang dari hasil karya desain istana yang dirancang tersebut.
Nyoman yang dihubungi Antara di Jakarta, Sabtu, mengatakan, ia bukan pertama kali menerima kritikan hasil dari karya yang diciptakan. Kritikan sudah mulai didapatkan sejak menjadi mahasiswa, bahkan saat membangun Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali.
"Dulu yang di GKW itu, 28 tahun saya dikritik habis oleh orang Bali sendiri, dituduh macam-macam, saya itu sampai didemo, diancam segala macam, dianggap saya perusak budaya Bali," ucap Nyoman.
Oleh karena adanya kritikan tersebut, ia pun jalan sendiri dalam membangun patung yang kini menjadi objek atau tempat pembuatan ajang-ajang bertaraf internasional. Padahal, kala itu, dirinya bahkan tak mendapat dukungan pembiayaan dari perbankan.
"Saya jalan sendiri, pemerintah enggak mau bantu saya, enggak ada satu bank pun yang mau bantu saya. Salah satu bank pun enggak mau membantu saya, padahal aset saya waktu itu sudah Rp1,3 triliun, dulu aset tanah kita 80 hektare," ujarnya.
Dia juga mengaku bahwa tak mempermasalahkan kritikan yang diberikan kepadanya. Namun, dia menegaskan bahwa hasil desain Istana Garuda IKN tak memiliki kesamaan dengan gedung-gedung lainnya.
"Saya bilang sama Pak Jokowi (Presiden RI) kalau model kayak gitu (sama yang desain yang lain), saya nggak mau deh, istana kita harus beda dengan yang lainnya, tanpa mengabaikan fungsinya," ucapnya.
Selain itu, Nyoman mengaku bahwa konsep dari desain Istana Garuda murni dari pemikirannya sendiri. Tak ada istilah ATM atau amati tiru dan modifikasi. Hal itu, sangat antik untuk diterapkan oleh dirinya.
Sementara itu, soal kesan mistis terhadap Istana Garuda, Nyoman mempersilakan persepsi dari masing-masing orang untuk berpendapat.
Menurut dia, pendapat orang timbul sedikit banyak dipengaruhi oleh pengalaman bahan mereka masing-masing.
Namun, dia berharap agar kritikan yang diberikan jangan dikaitkan dengan isu agama.
"Kalau orang ngerti ini udah biasa, saya sudah dari zaman mahasiswa udah dikritik kok, enggak ada masalah gitu, tapi jangan bawa-bawa agama, jangan bawa bawa itu, enggak ada urusan. Kan nanti orang lain tersinggung, apa urusannya. Itu ada sampai bawa-bawa agama, karena orang Bali, karena orang Hindu, apalah gitu, jauh banget," kata Nyoman.