REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Ada kabar baik bagi Provinsi Lampung terkait upaya pelestarian warisan budaya mereka. Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengumumkan sebuah inisiatif besar yang diklaim dapat mendorong akselerasi pemajuan budaya di wilayah tersebut secara signifikan. Keputusan ini diambil bukan tanpa alasan, mengingat kekayaan peninggalan budaya Lampung yang luar biasa.
“Pertama kami akan mendirikan Kantor Balai Pelestarian Kebudayaan tersendiri di Provinsi Lampung,” ujar Menteri Kebudayaan Fadli Zon di Bandarlampung, Jumat.
Ia menjelaskan alasannya: "Karena banyak sekali peninggalan-peninggalan warisan budaya Lampung yang luar biasa jumlah serta bernilai sejarah, baik yang berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible)."
Peninggalan warisan budaya Lampung memiliki kekhasan yang unik, mencampurkan elemen budaya asli Lampung dengan pengaruh Hindu-Buddha dan Islam yang datang kemudian. Kekhasan ini terutama terlihat dalam bentuk fisik situs-situs purbakala dan tradisi lisan yang masih hidup.
Salah satu contoh nyata adalah Situs Purbakala Pugung Raharjo, di mana struktur megalitikum seperti punden berundak berdiri berdampingan dengan arca bercorak Hindu-Buddha, menunjukkan adanya akulturasi yang harmonis antara kepercayaan lokal dan agama yang masuk ke wilayah tersebut.
Kekhasan lainnya terletak pada benda-benda budaya tak benda, seperti kain tapis dan seni pertunjukan. Kain tapis, tenun tradisional Lampung, terkenal dengan motif-motif geometris yang kaya dan penggunaan benang emas atau perak yang mencolok, merefleksikan status sosial dan kekayaan budaya masyarakat Lampung.
Sementara itu, seni pertunjukan dan sastra lisan, seperti Hahiwang atau Pepaccur, mengandung nilai-nilai filosofis, sejarah, dan panduan moral yang diturunkan secara turun-temurun, menjadi identitas kuat masyarakat adat Lampung.
Secara keseluruhan, kekhasan peninggalan budaya Lampung mencerminkan masyarakat yang dinamis, terbuka terhadap pengaruh luar namun tetap memegang teguh identitas lokalnya.
Warisan ini, baik yang berwujud (tangible) maupun tidak berwujud (intangible), menjadi aset berharga yang tidak hanya memperkaya khazanah budaya nasional, tetapi juga menjadi bukti sejarah yang tak ternilai tentang bagaimana peradaban di ujung selatan Pulau Sumatra berkembang.