Sabtu 10 Aug 2024 14:14 WIB

Netizen Malaysia Sindir RI, Dulu Pejuangnya Ingin Gabung Indonesia

Nasionalis di Malaysia mulanya ingin bergabung dengan Indonesia.

Pertemuan antara Bung Hatta, Bung Karno, dan Ibrahim Yaacob di Perak pada Agustus 1945. Dalam pertemuan itu disepakati pembentukan Indonesia Raya yang meliputi Indonesia dan Malaya.
Foto:

 

Setelah Jepang menyerah kepada sekutu, pemimpin Indonesia menggunakan situasi vaccum power untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Di Malaysia, Ibrahim Yaacob tidak sempat melakukannya. Ia bahkan harus lari ke Jakarta ketika Inggris kembali ke Malaysia untuk berkuasa kembali. Yaacob menjadi buronan karena kerja samanya dengan Jepang.

Cita-citanya mati. Yaacob sepenuhnya bekerja untuk kemerdekaan Indonesia sampai akhir hayatnya. Ia melewati masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di Malaysia, gerakan Melayu terlibat masalahnya sendiri. Mereka harus menghadapi Partai Komunis Cina yang keluar hutan untuk mengambil alih kekuasaan setelah kekalahan Jepang.

Alih-alih berniat memerdekakan diri dari Inggris, Melayu justru dimanfaatkan sang penjajah untuk menghadapi Partai Komunis Malaysia. Padahal, Inggris menggunakan Partai Komunis Malaysia sebagai kelompok perlawanan untuk mengganggu Jepang di Semenanjung Malaya dan Singapura.

Sebagai gagasan, Melayu Raya tampaknya belum mati. Ini terlihat ketika Malaysia, Filipina, dan Indonesia mendirikan Mafilindo tahun 1963. Pemimpin ketiga negara meneken Deklarasi Manila dengan tekad menyatukan Filipina, Indonesia, dan Malaysia ke dalam satu negara Melayu. Diosdado Macapagal, presiden Filipina saat itu, mengajak pemimpin ketiga negara mengenang para pemimpin yang memperjuangkan gagasan Melayu Raya, mulai dari Jose Rizal, Manuel Quezon, Wenceslao Vinzons, sampai Elpidio Quirino.

Seperti Ibrahim Yaacob, Macapagal juga harus mengakhiri mimpinya melihat Melayu Raya. Mafilindo gagal total setelah Sukarno menyebut Malaysia negeri bentukan imperialis Inggris. Tahun-tahun setelah Sukarno mengobarkan Dwikora, justru diwarnai slogan Ganyang Malaysia. 

photo
Ibrahim Yaacob - (Public Domains)

Selepas Sukarno jatuh, Presiden Soeharto sempat menimbang melanjutkan upaya penyertaan Malaysia ke dalam Republik Indonesia. Kendati demikian, Soeharto menyadari, Inggris akan mengerahkan kekuatan militer untuk menghalangi upaya itu dan akhirnya menimbulkan instabilitas di kawasan. Soeharto memilih berdamai dengan keadaan bahwa Malaysia adalah negara terpisah. Masa-masa jabatan Soeharto ditandai dengan hubungan yang sangat mesra dengan Malaysia, utamanya setelah Mahathir Mohamad jadi perdana menteri.

Melayu Raya sebagai gagasan geopolitik Melayu sirna. Namun Indonesia Raya, masih terus hidup meski hanya dalam lirik-lirik lagu kebangsaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement