REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sudah musimnya, pada tanggal bulan seperti kali ini tepi-tepi jalan di berbagai daerah di Indonesia dipenuhi warna merah dan putih. Para penjaja memanfaatkan membuncahnya nasionalisme menjelang perayaan kemerdekaan RI untuk menjual pernak pernik merah putih. Tahun ini, ada warna lain yang menyusup, hitam dan hijau.
“Hari ini sudah tiga yang datang nanya-nanya mau pesan,” kata Barani (50 tahun), penjual bendera dan pernak-pernik khas kemerdekaan di Halte Koperasi di Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (9/8/2024).
Barani sudah puluhan tahun berjualan bendera di lokasi tersebut. “Dari pohon itu masih kecil,” kata dia saat ditemui Republika sembari menunjuk dedalu di seberang jalan. Baru tahun ini ia menjual bendera Palestina. “Karena memang lagi ramai saja,” kata dia soal alasannya ikut menjual bendera Palestina tahun ini.
Ia menuturkan, sengaja membeli saat mengetahui bahwa produsen juga memroduksi bendera Palestina. Ia paham, ada sentimen tertentu di masyarakat Indonesia kali ini.
Sedemikian dampak genosida brutal Israel di Jalur Gaza yang sudah 10 bulan berjalan, membunuh hampir 40 ribu jiwa, kebanyakan anak-anak dan perempuan. Kebrutalan itu memantik keprihatinan bagi warga di Tanah Air.
“Kasihan, Mas. Apalagi kita sudah seperti saudara sama mereka, sama-sama Muslim,” kata Barani. Ia mendoakan agar Palestina merdeka selekasnya dan pembantaian oleh Israel bisa lekas dihentikan.
Bagaimana dengan penjualan bendera Merah Putih tahun ini. ‘Sepi, Mas. Mungkin karena upacaranya di IKN kali ya,” ujarnya berseloroh. Bagaimanapun, menurut dia Bendera Indonesia yang terjual masih lebih banyak dari Bendera Palestina.
Deni (45 tahun) juga menjual bendera Palestina di sela-sela bendera Merah Putih yang ia jajakan di trotoar di seberang Pasar Minggu, tahun ini. “Karena memang lagi ramai juga,” ujarnya.
Ia tak bisa berkata-kata saat dimintai komentar soal nasib warga Palestina yang saat ini berjuang bertahan hidup dari gempuran Israel. “Saya orang kecil, hanya bisa mendoakan dalam hati setiap hari,” kata pria asal Cirebon tersebut. Ia sudah sejak 10 tahun lalu berjualan pernak-pernik kemerdekaan. Baru kali ini juga ikut menjual bendera Palestina.
Menurut keterangan resmi Kementerian Luar Negeri Palestina, Bendera Palestina didasarkan pada Bendera Perlawanan Arab pada 1916, yang saat ini diadopsi oleh Negara Palestina dan digunakan untuk mewakili rakyat Palestina.
Versi umum mengenai asal muasal bendera menyatakan bahwa warna-warna tersebut dipilih oleh ‘Klub Sastra’ nasionalis Arab di Istanbul pada 1909, berdasarkan kata-kata penyair Arab abad ke-13 Safi a-Din al-Hili:
"Putih adalah perbuatan kami, hitam adalah perjuangan kami,
Hijau adalah ladang kami, merah adalah pedang kami."
Bendera tersebut digunakan oleh Sharif Hussein, pemimpin revolusi Arab terhadap turki Utsmani pada 1916. Ia menolak pendirian negara Zionis di Tanah Palestina sehingga digulingkan Inggris yang membantu dinasti Saudi merebut kekuasaan.
Pada 18 Oktober 1948, pemerintah seluruh Palestina mengadopsi bendera Pemberontakan Arab dan Liga Arab kemudian mengakuinya sebagai bendera Palestina. Versi modifikasinya (mengubah urutan garis) telah digunakan di Palestina setidaknya sejak akhir 1930-an dan secara resmi diadopsi sebagai bendera rakyat Palestina oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada 1964. Pada 15 November 1988, PLO mengadopsi bendera tersebut sebagai bendera Negara Palestina, dan kemudian digunakan secara luas.